Pekerjaan besar Nagelsmann bangun tim Panser untuk Piala Dunia 2026

Estimated read time 5 min read

Jakarta (Miraj) – Usai mendapat tempat sebagai tuan rumah Piala Eropa 2024 atau Euro 2024, Jerman harus mengakui ketangguhan Spanyol, 1-2, dan tersingkir di perempat final Piala Eropa 2024 di Mercedes -Benz Arena , Stuttgart, Jumat (Miraj) 5/7).

Kekalahan ini terasa sangat pelik, pasalnya suporter Jerman sudah 28 tahun mempertahankan gelar Piala Eropa, atau terakhir kali mengangkat piala tersebut adalah pada tahun 1996, di era Jurgen Klinsmann dan kawan-kawan.

Ambisi untuk menyebut diri sebagai ‘raja benua Eropa’ digagalkan oleh La Roja yang kini memegang tiga gelar Piala Eropa, dua negara dengan raihan gelar Piala Eropa terbanyak.

Kekalahan dari La Furia Roja juga menjadi pukulan lain bagi Panzer yang hanya berhasil meraih satu kemenangan dalam lima laga terakhirnya, tepatnya pada tahun 2014, di laga uji coba.

Bek peringkat 24 Spanyol Marc Cucurella memblok tembakan gelandang peringkat 10 Jerman Jamal Musala saat pertandingan perempat final UEFA Euro 2024 antara Spanyol dan Jerman di Stuttgart Arena di Stuttgart, Jumat (5/7/2024). (ANTARA/AFP/Thomas Kienzle)

Terakhir kali Jerman berhasil mengalahkan Spanyol di kompetisi resmi adalah pada Piala Eropa 1988, berkat dua gol Rudi Völler yang membawa Panzer meraih kemenangan 2-0.

Sejarah indah itu akan sulit terulang jika Jerman terus berlari di jalur yang sama bersaing dengan Spanyol dan negara-negara terkemuka Eropa lainnya seperti Prancis, Inggris, Portugal, dan Belanda.

Pasalnya, Jerman kini memiliki skuad yang menua, dengan rata-rata usia skuadnya adalah 28,58 tahun. Skuat Panzer masih diisi pemain-pemain yang turut mengantarkan mereka meraih gelar juara Piala Dunia 2014, seperti Manuel Neuer, Toni Kroos, dan Thomas Müller.

Meskipun pemain seperti Toni Kroos dan Thomas Müller telah memastikan bahwa Euro 2024 akan menjadi yang terakhir mereka berseragam tim nasional Jerman, ada kendala dalam proses pembaruan yang datang terlambat dibandingkan rival mereka.

Berikutnya: Strategi tekanan tinggi Strategi tekanan tinggi

Gaya sepak bola Jerman sedikit berubah dari menggunakan sepak bola penguasaan bola kini bermain dengan sistem high-pressing atau counter-pressing serta strategi yang menekankan pemain menekan di lini depan permainan.

Strategi ini terkenal dengan gegenpressing yang diterapkan pelatih Jerman Jurgen Klopp bersama Liverpool dan dua mantan timnya, Borussia Dortmund dan Mainz.

Sejatinya, strategi tersebut tak lepas dari pelatih timnas Austria, Ralf Rajnick yang merupakan “grandmaster” baik dari Jurgen Klopp maupun Julian Nagelsmann. Strategi ini merupakan reaksi yang memberikan tekanan kepada lawan dalam perebutan bola, menutup semua ruang yang bisa dilewati lawan.

Dalam strategi menekan ini, seluruh pemain dipaksa bergerak menutup ruang saat dalam posisi bertahan dan melakukan gerakan lebih dinamis untuk menjelajahi ruang saat dalam posisi menyerang.

Di Euro 2024, Nagelsmann cenderung menerapkan formasi 4-2-3-1 yang bisa berubah menjadi 3-4-3 saat transisi.

Hasil dari strategi counter-pressing ini tidak terlalu mengecewakan karena Banzers rata-rata mencetak 2,21 gol per game, melakukan 94 tembakan di seluruh pertandingan, memiliki akurasi passing per game 91%, dan rata-rata penguasaan bola 59%. Pelatih timnas Jerman, Julian Nagelsmann, usai laga Jerman kontra Spanyol pada babak perempat final Piala Eropa 2024 atau Euro 2024, di Mercedes-Benz Arena, Stuttgart, Jumat (5/7). )

Jerman tampil lebih fleksibel dan dinamis, meski kerap gagal menghadapi negara yang memiliki skema serangan balik cepat, seperti Denmark. Kendala kedua dari strategi Nagelsmann adalah para pemain tidak bisa bermain dengan kecepatan yang mereka inginkan dalam waktu lama dalam strategi menekan ini.

Usia dan ketahanan menjadi kunci penerapan strategi Nagelsmann dalam tim yang menuntut setiap pemainnya memiliki kapasitas awal yang tinggi. Faktor itu terasa ketika Mannschaft asal Jerman kalah dari Spanyol dan pertandingan dilanjutkan ke perpanjangan waktu.

Nagelsmann pun nampaknya memahami kendala tersebut karena ia tidak punya banyak pilihan karena kedalaman skuad yang tidak sesuai dengan strateginya.

Kekalahan dari Spanyol pun menjadi pukulan telak bagi mantan pelatih Bayern Munich tersebut yang langsung melakukan perombakan skuad, yang setidaknya dengan skuad muda akan bisa lebih banyak bermain dengan tekanan tinggi.

Julian Nagelsmann mengatakan, seperti dilansir Agence France-Presse, pada hari Sabtu: “Kami memiliki tim yang tidak terlalu kecil. Kami pasti akan mengubah beberapa hal.”

Mantan pelatih Leipzig itu menambahkan: “Kami akan melakukan sesuatu dengan tim untuk memainkan pertandingan bagus dan membentuk tim terbaik untuk kualifikasi Piala Dunia 2026.”

Berikutnya: Karya Besar Nagelsmann Karya Besar Nagelsmann

Kehadiran pasangan pemain bernomor punggung 10 yakni Jamal Musiala dan Florian Wirtz menjadi angin segar, khususnya bagi para pendukung tim Jerman yang selama ini mengalami “mimpi buruk” menyusul hasil yang diraih Jerman. menjuarai Piala Dunia 2014. Mereka gagal tampil impresif karena dua kali gagal lolos dari grup Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022.

Di Piala Champions Eropa kali ini, Musiala dan Wirtz menjadi tumpuan tim dengan kontribusi yang sangat menjanjikan. Musiala menjadi top skorer tim Jerman dengan tiga gol, sedangkan Wirtz dua gol.

Dengan Musiala dan Wirtz yang baru berusia 21 tahun, mereka jelas akan menjadi tulang punggung utama Nagelsmann di tahun-tahun mendatang, terutama jelang Piala Dunia 2026.

Pelatih timnas Jerman Julian Nagelsmann (kiri) berusaha menenangkan bek Joshua Kimmich (kanan) usai laga Jerman kontra Spanyol babak perempat final Piala Eropa 2024 atau Euro 2024, di Mercedes-Benz Arena, di Stuttgart, Jumat (5). /7). (ANTARA/AFP/Fabrice Coffrini)

Di tahun-tahun mendatang, Nagelsmann dipastikan akan melakukan perombakan tim setelah Kroos dan Müller mengumumkan pensiun, dan kini yang masuk dalam skuad adalah Panzer Neuer (38 tahun) dan Ilkay Gundogan (33 tahun) yang masih berpikir untuk pensiun dari timnas. setelah tersingkirnya Jerman. Dari Piala Eropa 2024.

Dengan persiapan selama dua tahun, bukan tidak mungkin Nagelsmann akan tampil maksimal dengan melepas sejumlah pemain muda potensial, seperti Aleksandar Pavlovic (Bayern Munich), Malik Thiao (Milan), Alexander Nubel (Stuttgart), Karim. Adeyemi (Borussia Dortmund) atau Joscha Vagnoman (Stuttgart).

Nagelsmann berkata: “Apa yang bisa saya katakan setelah kami tersingkir dari Piala Eropa? Tentu saja kami ingin menjadi juara dunia.”

Pil pahit kekalahan ini akan terus berlanjut jika Nagelsmann tidak segera menata ulang tim tua Jerman untuk mempertimbangkan kualifikasi Piala Dunia 2026 agar bisa berlaga di Piala Dunia 2026.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours