Pelindo dukung aksi iklim lewat perlindungan ekosistem karbon biru

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mendukung upaya Indonesia mengurangi perubahan iklim dengan menjaga lingkungan biru.

Dukungan tersebut diwujudkan dengan penandatanganan nota kesepahaman di Jakarta pada Kamis dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Sumber Daya Alam dan Kehutanan serta beberapa perusahaan dan organisasi. . . untuk program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang fokus pada rehabilitasi mangrove untuk mencapai tujuan Program Rehabilitasi Mangrove Nasional.

Direktur Program TJSL Pelindo Febrianto Zeni Sulistio dalam sambutannya di Jakarta, Kamis, mengatakan hibah tersebut merupakan wujud komitmen Pelindo membantu mengurangi perubahan iklim dan menjaga lingkungan, khususnya dalam kasus karbon biru.

Restorasi mangrove tidak hanya penting untuk penyerapan karbon, tetapi juga untuk menjaga ekosistem pesisir yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat di sekitar pantai.

Ia mengatakan Pelindo selalu mendukung inisiatif yang fokus pada perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Pelindo menjadi BUMN pertama yang ikut serta dalam MoU dan Perjanjian Kerja Sama Rehabilitasi Mangrove Tahun 2021 dengan tiga kementerian dan terus berkomitmen hingga saat ini.

“Kami yakin upaya ini akan mendorong lebih banyak pihak untuk berpartisipasi dalam upaya melestarikan dan memulihkan ekosistem karbon biru serta membantu mengidentifikasi program pemerintah, khususnya dalam mendukung National Blue Carbon Partnership,” kata Febrianto.

Indonesia berkomitmen mendukung Perjanjian Paris Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) untuk membatasi peningkatan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dengan meningkatkan target Kontribusi Nasional (NDC).

Dalam NDC terbaru, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan target penurunan emisi GRK dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan dukungan nasional dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional.

Indonesia sendiri mempunyai luas hutan bakau terluas di dunia dengan luas 3,31 juta hektar atau mencakup sekitar 20 persen dari total luas daratan dunia. Saat ini cadangan lamun alami Indonesia telah berkembang menjadi sekitar 1,8 juta hektar.

Hutan bakau dan rumput laut di Indonesia diketahui menyimpan sekitar 3,14 miliar ton karbon atau setara dengan 17 persen karbon yang tersimpan di wilayah pesisir.

Selain kemampuannya yang luar biasa dalam menangkap dan menyimpan karbon di lahan basah, ekosistem ini memberikan banyak manfaat lain seperti perlindungan pantai, habitat bagi keanekaragaman hayati, tempat mencari makan bagi banyak spesies laut yang berharga, serta jasa sosial dan pariwisata.

Febrianto juga mengatakan, sebagai perusahaan pelat merah di bidang jasa kepelabuhanan, Pelindo fokus melakukan identifikasi biota laut dengan meningkatkan konektivitas kontrak jasa untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Namun di sisi lain, kita juga mempunyai tanggung jawab untuk mendukung program pemerintah dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam bidang pendidikan, pembangunan ekonomi, dan perlindungan lingkungan hidup,” ujarnya.

Bersamaan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan gabungan juga mengadakan diskusi dan diskusi dengan topik “Penguatan Aksi Indonesia untuk Melindungi Ekosistem Karbon Biru”.

Proyek ini bertujuan untuk menyebarkan informasi tentang tujuan iklim negara tersebut untuk mengurangi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours