Pembudidaya udang tambak di Banten perlu tingkatkan kualitas perairan

Estimated read time 2 min read

CELEGOON (Antara) – Toha Toshihadi dari Balai Pengujian Kesehatan Ikan dan Lingkungan (BPKIL) di Sering, Buntin mengatakan, para petambak udang di tambak di provinsi tersebut perlu meningkatkan kualitas air. Menurut mereka, pengelolaan kualitas air yang baik dapat menurunkan risiko penyakit udang sehingga meningkatkan produksi. “Usaha budidaya tambak juga harus memperhatikan pengelolaan kualitas air. Mungkin yang perlu segera dilakukan adalah peningkatan keterampilan pengelolaan air,” kata Toha di Celegon, Kamis. Toha menjelaskan, beberapa penyakit endemik udang yang umum terjadi adalah WSSV (White Spot Syndrome Virus), IHHNV (Infectious Hypodermic and Hematopoietic Necrosis Virus) dan bakteri patogen Vibrio. Namun untungnya, menurut Toha, penyakit-penyakit tersebut tidak menurunkan produksi udang Bant secara signifikan karena kondisi perairan sudah stabil. Baca Juga: KKP: Politeknik AUP Sereng sukses kembangkan budidaya udang racun Baca Juga: PLN Tickler bantu petambak udang hemat berkat energi hijau “Mungkin yang mati (udang) banyak sekali, sehari satu kilo,” ujarnya. Menurut mereka, memelihara ikan pada dasarnya sama dengan menjaga air. Oleh karena itu, tidak ada kejadian penyakit ini yang terjadi sebelum kualitas air buruk. “Tugas kita bukan hanya fokus pada penyakit, tapi kualitas air dari segi pH, nitrit, nitrit, amonia, dan lain-lain, itu kondisi terbaik untuk udang,” ujarnya. Semua usaha budidaya dan pembenihan udang harus tersertifikasi, kata Toha. Tujuannya untuk menjamin keamanan pangan, sehingga udang yang dihasilkan aman dikonsumsi dan tidak mengandung limbah berbahaya atau kontaminasi. Selain itu, untuk menjaga kelestarian, penyakit tidak menyebar sehingga menjadikan budidaya udang berkelanjutan. Baca Juga: Udang Vanam Maluku Jadi Favorit di Pasar Asia. Baca juga: Indonesia Gandeng AS Perluas Akses Pasar Udang

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours