Pemerintah diminta alokasikan anggaran khusus cetak pebisnis pribumi

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Anwar Abbas meminta pemerintah Indonesia mengalokasikan sebagian besar anggaran pendidikan khusus untuk melatih para pengusaha atau wirausaha Indonesia. Para ahli ekonomi Islam mengatakan bahwa hal serupa pernah dilakukan mantan Menteri Keuangan Indonesia Sumitro Djojohadikusumo pada zaman dahulu, beralih ke perekonomian nasional dengan menerapkan sistem gerakan kastil untuk mentransformasi perekonomian yang ditinggalkan oleh struktur Belanda.

“Menurut Sumitro, hal ini perlu dilakukan karena peta penguasaan ekonomi saat ini terkesan sangat sepihak dan lebih berpihak pada kepentingan pengusaha asing sehingga merugikan pengusaha lokal atau masyarakat adat,” ujarnya. Katakanlah itu tidak menguntungkan.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) (Waketum) ini menambahkan, rencana tersebut dilakukan dengan memberikan keistimewaan kepada importir etnis lokal yang berhak melakukan impor khusus dengan nilai tukar rendah. BACA JUGA: Kemendikbud Optimalkan Program PKW untuk Menumbuhkan Wirausahawan Baru Lanjutnya, pelaksanaan program juga dilakukan melalui pemberian pinjaman modal kepada pengusaha masyarakat adat karena dinilai sulit bagi mereka untuk mendapatkan kredit pada saat itu. waktu. khususnya sektor perbankan.

Namun Anwar kemudian mengatakan, rencana tersebut saat itu dianggap gagal karena pengusaha lokal yang didukung pemerintah tidak memiliki pola pikir kewirausahaan yang kuat dan kalah bersaing dengan pengusaha Tiongkok.

“Namun, pandangan Sumitro mengenai kondisi perekonomian negara saat ini masih sangat masuk akal dan layak untuk diupayakan agar negara dapat maju ke depan tanpa menimbulkan kecemburuan sosial-ekonomi di antara sesama warga.”

Anwar mengatakan, munculnya kecemburuan sosial karena perekonomian nasional saat ini didominasi oleh warga negara Indonesia dari ras tertentu, misalnya Tionghoa. Baca juga: Kerjasama UI-Kemenkop untuk pengembangan wirausaha muda berbasis pendidikan tinggi.

Namun, menurutnya, hal ini tidak hanya menjadi kekhawatiran bagi penduduk asli, tetapi juga telah menjadi masalah besar bagi pengusaha besar seperti Ciputra, sebuah grup real estat milik Tiongkok.

Siputra mengatakan, “Maka solusinya adalah pemerintah harus bisa mengalokasikan sebagian besar anggaran pendidikan untuk mendidik wirausaha melalui jalur pendidikan yang ada. Dengan begitu, jumlah wirausaha dalam perekonomian nasional bisa seimbang,” Anwar Abbas mengatakan, “Apa yang kita harapkan dan perkembangan sosial-ekonomi negara ke depan akan tercapai dan kita telah mencapai stabilitas politik.” .

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours