Pemerintah mendatang perlu perhatikan pembiayaan investasi BUMN karya

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Direktur Pusat Kajian Ekonomi dan Keuangan Otoritas Pembangunan Ekonomi dan Keuangan (Indef) Riza Annisa Pujarama mengatakan, pemerintah ke depan harus berhati-hati dalam membiayai investasi di BUMN Karya agar tidak membebani APBN 2025.

Pemerintah menetapkan dana investasi RAPBN 2025 sebesar Rp 154,5 juta, dengan rincian Rp 59,5 juta dialokasikan kepada BUMN dan badan layanan umum (BUMN dan badan layanan publik) di bidang infrastruktur, kesehatan, militer, pendidikan, kerja sama internasional, dan bidang lainnya sejalan dengan prioritas pemerintah yang ditugaskan pada investasi di BLU). .

Dana investasi dalam RAPBN 2025 juga banyak, khususnya pada BUMN Karya yang menjadi penanggung jawabnya, Minggu, Riza Annisa Pujarama mengatakan, “Hal ini juga perlu diperhatikan, karena BUMN Karya ini juga menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. terkait dengan: uang.”

Mempertimbangkan permasalahan tersebut, ia pun meminta pemerintahan mendatang untuk memperhatikan kondisi keuangan BUMN Karya, terutama kemampuan pembayaran utang lembaga-lembaga publik tersebut.

Dia melanjutkan, hal ini karena APBN diubah kembali menjadi uang tunai jika dunia usaha tidak mampu memenuhi kewajibannya.

“Kami masih mengandalkan utang itu untuk membayar tagihan kami. “Dukungan kredit juga meningkat sehingga berdampak pula pada RAPBN 2025,” kata Riza.

Dia mengatakan, utang jatuh tempo yang harus dibayar pemerintah masuk berdasarkan RAPBN 2025 adalah Rp775,9 juta.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka yang masuk dalam APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun dan pembiayaan tahun 2024 sebesar Rp553,1 triliun.

Namun terungkap bahwa jumlah utang yang harus dibayar tahun depan, tidak termasuk bunga utang, adalah 552,85 triliun won.

Riza mengatakan kenaikan pembayaran utang akan meningkat dari Rp522,8 pada APBN 2024 menjadi Rp616,2 pada RAPBN 2025.

Dia mengatakan, selain kenaikan defisit, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga turut mempengaruhi.

Yield obligasi pemerintah Indonesia sebesar 6,7%, tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.

“Jadi ini akan menjadi beban untuk membayar lebih banyak utang ke depan dan perlu upaya untuk menurunkan imbal hasil obligasi SBN,” imbuhnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours