Pemprov Bengkulu: Pasar murah terintegrasi kendalikan inflasi daerah

Estimated read time 3 min read

Bengkulu (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu menyatakan pasar murah terpadu yang digelar mulai Selasa, 6 Agustus 2024 merupakan upaya valid mengendalikan inflasi di Bengkulu agar tetap sesuai target nasional. “Pasar murah ini tidak hanya dilaksanakan oleh pejabat pemerintah kabupaten, kami juga meminta TPID kabupaten dan kota ikut serta dalam pelaksanaannya di wilayah kerja gubernur dan wali kota,” kata Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah di Bengkulu, Selasa. Pemerintah Kabupaten Bengkulu bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk memastikan masyarakat miskin tidak menderita akibat situasi perekonomian saat ini.

Penyaluran bantuan, agar lebih efisien, juga dibarengi dengan pasar yang murah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan benar-benar relevan sehingga masyarakat penerima dapat memanfaatkan bantuan tersebut untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Keuntungan lainnya adalah masyarakat juga mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau melalui pasar murah yang terintegrasi dan inflasi daerah dapat dikendalikan sesuai target nasional sebesar 2,5 plus minus 1 persen (tahunan).

Indikator inflasi di kabupaten Bengkulu pada bulan Juli 2024 sebesar 2,31 persen (per tahun). Angka tersebut menurun dibandingkan bulan Juni yang tingkat inflasinya sebesar 3,64 persen (tahun lalu).

Meski melambat, sejumlah komoditas masih tercatat sebagai penopang utama inflasi, antara lain beras, cabai merah, cabai rawit, daun bawang, kentang, kopi bubuk, gula pasir, dan mie goreng.

Oleh karena itu, pemerintah daerah bersama TPID menyediakan berbagai kebutuhan pokok dalam kegiatan pemasaran terpadu hemat biaya ini.

Harga yang ditawarkan di pasar murah terpadu jauh lebih murah dibandingkan harga pasar. Misalnya bawang merah di pasar murah harganya Rp 18.000 per kilo, sedangkan harga reguler Rp 24.000. Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP) seberat 5 kilogram dijual dengan harga Rp 59 ribu, sedangkan harga eceran di pasaran bisa mencapai Rp 65 ribu.

Masyarakat bisa membeli daging ayam ras dengan harga Rp 28 ribu, lebih murah Rp 30 ribu dari harga pasaran. 30 butir telur ayam ras harganya Rp 48 ribu, tapi di pasaran Rp 56 ribu.

Menurut Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID), tantangan pengendalian inflasi masih besar. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Bengkulu terus mengoptimalkan kegiatan regulasi dengan mengedepankan harga, aksesibilitas, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.

Gubernur juga meminta TPID meninjau kembali ketersediaan bahan baku di gudang pangan serta jalur transportasi yang menjadi salah satu penyebab kenaikan harga pangan.

“Kegiatan seperti ini jika dilakukan secara komprehensif dan konsisten akan memberikan dampak yang signifikan. Pelaksanaannya juga harus berkeadilan dan melibatkan pemangku kepentingan, terutama distributor dan pedagang grosir. Pembagian informasi juga harus dimaksimalkan untuk menghindari pembelian panik,” tuturnya. Baca juga: Pemkab Bengkulu punya pasar diskon di Rejang Lebong Baca juga: Pemkab Bengkulu punya pasar diskon di sembilan lokasi untuk menekan inflasi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours