Penanganan efek samping mual muntah pada pasien kemoterapi anak

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis hematologi onkologi anak lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhy Sp.A (K) berbagi langkah mengatasi efek samping gangguan pencernaan, mual dan muntah akibat fase kemoterapi pada pasien kanker anak.

“Caranya siapkan makanan kecil-kecilan sesuai kesukaan, minuman kesukaan, lakukan senam pernafasan, hindari rangsangan bau makanan dan kini bisa menggunakan aromaterapi,” ujar Anky pada acara Support Role Childhood Cancer Support di MRCCC Siloam Hospital. . Jakarta, Sabtu.

Anky mengatakan, saluran pencernaan kerap menjadi masalah yang dialami anak pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Anak-anak mungkin mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare selama beberapa hari atau seminggu setelah kemoterapi. Selain diare, anak juga bisa mengalami sembelit akibat makanan atau minuman yang kurang serat atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Anky mengatakan, jika anak mengalami sembelit, Anda bisa memberinya cairan 8 gelas sehari dan melanjutkan aktivitas dan geraknya. Makan juga makanan berserat dan jika Anda tidak bisa buang air besar dalam tiga hari, konsultasikan ke dokter. Namun, jika Anda mengalami diare, anak Anda dapat mengonsumsi makanan lunak dan minum susu rendah fruktosa serta minum banyak cairan agar tetap terhidrasi.

Selain masalah pencernaan, efek kemoterapi juga dapat menyebabkan masalah mulut yang menyebabkan hilangnya nafsu makan. Kemoterapi dapat menyebabkan mulut kering, mengelupas, pecah-pecah, mengakibatkan pendarahan dan nyeri, serta perubahan persepsi rasa. Infeksi mulut ini juga menyebabkan suara serak, kesulitan menelan, dan perubahan pada mukosa mulut.

“Orang tua sebaiknya memperhatikan kebersihan mulut, menyikat gigi dengan lembut, sering berkumur, menghindari makanan bersoda, minum air putih agar tetap terhidrasi, makan dalam porsi kecil dalam wadah yang kecil dan empuk, beri makan sedikit tapi sering, jika sulit menelan boleh saja. pakai sedotan,” kata dokter praktik RS Yarsi.

Anky juga mengingatkan, selama kemoterapi ambang rasa anak juga mengalami perubahan, misalnya rasa pahit berkurang dan rasa manis bertambah, sehingga palet rasa orang tua dan anak yang menjalani kemoterapi seringkali berbeda pendapat.

Para orang tua juga diimbau untuk tidak memaksa anaknya jika tidak mau makan. Sakit mulut dan gangguan pengecapan sangat umum terjadi pada anak yang menjalani kemoterapi, hal ini juga menjadi penyebab anak tidak nafsu makan yang banyak orang tua tidak mengetahuinya.

Hilangnya nafsu makan juga dikhawatirkan akan mengganggu nutrisi yang dibutuhkan tubuh anak untuk melawan kanker dan berhasil menjalani kemoterapi. Berbagai cara bisa dilakukan, seperti memberikan makanan segera saat anak meminta makanan, dan memberikan makanan kepada anak 3 jam setelah kemoterapi untuk menghindari rasa mual.

Cara lainnya adalah dengan memperbanyak sajian makanan cair, terutama makanan berprotein, agar anak tidak merasakan rasa pahit logam di mulutnya. Makanan dingin rasa mint lebih disukai oleh anak-anak dengan gangguan persepsi rasa dan menghindari sendok logam.

“Jauhkan yang berbau, cuci makanan dengan air garam atau baking soda, minum suplemen zinc bisa meningkatkan persepsi rasa, memperbaiki lapisan epitel, mint dan makanan dingin membantu persepsi rasa bayi, tapi hati-hati jika Anda alergi dingin atau coklat,” ujarnya.

Selain masalah pencernaan, efek samping lain yang ditimbulkan kemoterapi antara lain penekanan sumsum tulang sehingga mempengaruhi produksi sel darah putih, terganggunya hemoglobin dalam membawa oksigen ke seluruh tubuh, dan kerontokan rambut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours