Peneliti BRIN Soroti Perlunya Penanganan Sampah Popok dan Pembalut

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lis Indriati mengatakan, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi dan membuang limbah popok dan pembalut, mengingat dampaknya terhadap lingkungan. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah mendorong daur ulang dan penggunaan kembali.

Dalam diskusi daring Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Teknologi Bersih (PRLTB) BRIN di Jakarta, Rabu, Lees menjelaskan studi tahun 2021 menunjukkan potensi penggunaan popok bayi mencapai 17,44 juta lembar per hari yang mampu menghasilkan 3.488 ton sampah per hari. kuantitas.

Peneliti pendamping PRLTB BRIN juga menemukan bahwa berdasarkan jumlah penduduk wanita usia subur, jumlah sampah pembalut setiap bulannya diperkirakan akan mencapai 42.000 ton pada tahun 2022, yang berarti jumlah pengguna pembalut per bulan akan mencapai 73,44 juta orang atau mencapai 1,1512 orang. miliar keping.

“Beban lingkungan yang ditimbulkan oleh produk ini karena pada dasarnya produk tersebut sekali pakai sehingga segera dibuang setelah digunakan. Dibuang ke lingkungan sehingga menimbulkan risiko pencemaran lingkungan,” ujarnya.

Ditegaskannya, masih banyak masyarakat yang tidak mengklasifikasikan kedua produk tersebut selama proses pengolahannya, dan masih banyak masyarakat yang membuangnya ke tempat sampah tanpa mengklasifikasikannya.

Rice menjelaskan bahwa sistem pengelolaan sampah yang ada saat ini tidak mempertimbangkan jenis sampah yang dapat menyerap secara higienis, baik dari segi kesadaran staf maupun ketersediaan saran dan infrastruktur pengelolaan sampah yang tepat.

“Kalau dibuang ke alam sebenarnya bisa terurai jika terkena cahaya, tapi karena akan ditimbun dan dikubur di bawah tanah, tidak terkena cahaya, sehingga mungkin akan lebih lama terurai,” ujarnya. .

Lees menjelaskan, menurut literatur, dibutuhkan waktu sekitar 500 hingga 800 tahun dan tidak terurai sempurna, apalagi jika mengandung bahan polimer.

Untuk itu perlu dikembangkan produk ramah lingkungan dengan bahan penyerap higienis sekali pakai. Selain itu, perlu adanya pengurangan dan daur ulang sampah.

“Tidak mungkin untuk langsung menggunakan kembali popok atau pembalut bekas, namun yang bisa dilakukan adalah membatasi sampah dengan mengedukasi masyarakat tentang cara menggunakan produk yang dapat digunakan kembali,” jelasnya.

Ia menjelaskan, produk seperti popok dapat didaur ulang sebelum dibuang ke TPA, apalagi berbahan plastik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours