Peneliti Rancang Tes Sederhana untuk Deteksi Risiko Serangan Jantung

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dan seringkali terjadi tanpa peringatan. Meski beberapa faktor seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes dapat meningkatkan risikonya, namun sangat sulit untuk menentukan siapa sebenarnya yang berisiko terkena serangan jantung.

Secara tradisional, dokter mengandalkan tes darah dan perhitungan risiko yang rumit. Pencitraan arteri koroner yang dikembangkan baru-baru ini diklaim sangat efektif dalam menemukan tanda-tanda awal penyakit ini. Namun, pemindaian ini mahal, memerlukan paparan radiasi, dan tidak tersedia untuk semua orang.

Kemudian muncullah Swedish CardioPulmonary Bioimage Study (SCAPIS), sebuah proyek penelitian ambisius yang meneliti jantung lebih dari 30.000 orang Swedia berusia antara 50 dan 64 tahun. Dengan menggunakan informasi berharga ini, para peneliti mengembangkan kuesioner sederhana yang dapat mengidentifikasi orang-orang dengan plak di arteri jantungnya tanpa tes atau kunjungan dokter. Di kemudian hari, penumpukan plak bisa memicu penyumbatan.

Kuesioner tersebut menanyakan 14 pertanyaan yang mudah dijawab, termasuk usia, jenis kelamin, berat badan, riwayat merokok, dan apakah Anda sedang mengonsumsi obat tekanan darah atau kolesterol. Perlu dicatat bahwa alat laporan mandiri ini diklaim dapat melakukan penilaian klinis yang hampir sama baiknya dengan penilaian klinis yang lebih komprehensif. Hasilnya, tes penilaian mandiri dengan tepat mengidentifikasi sekitar 65 persen orang dengan plak sedang hingga berat di arteri jantungnya. Tingkat plak ini dikaitkan dengan risiko serangan jantung yang jauh lebih tinggi di masa depan.

“Serangan jantung seringkali terjadi secara tiba-tiba,” kata Goran Bergstrom, profesor fisiologi klinis di Akademi Sahlgrenska di Universitas Gothenburg, Jumat (5/7/2024) dalam laporan Study Finds.

“Sebagian besar penderita serangan jantung tampak sehat dan tidak memiliki gejala, namun mereka memiliki timbunan lemak di arteri koroner, yaitu aterosklerosis. Tes kami dapat mendeteksi hampir dua pertiga orang berusia 50-64 tahun yang mengalami serangan jantung signifikan.” aterosklerosis koroner dan dengan demikian meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular,” kata Bergstrom.

Peneliti berharap penelitian ini dapat segera diimplementasikan pada aplikasi smartphone. Orang dengan skor tinggi mungkin akan diundang untuk penilaian yang lebih komprehensif, termasuk pemindaian jantung. Pendekatan yang ditargetkan ini dapat mengarah pada intervensi dini bagi mereka yang paling berisiko, sehingga berpotensi menyelamatkan nyawa dan mengurangi beban penyakit jantung secara keseluruhan.

Menurut Bergstrom, alat tersebut tidak dimaksudkan untuk menggantikan kunjungan dokter atau pemeriksaan kesehatan lainnya. Sebaliknya, alat ini memberikan langkah awal yang sederhana dalam menentukan siapa yang paling mendapat manfaat dari penilaian yang lebih intensif.

“Penting juga untuk diingat bahwa skor yang rendah tidak berarti Anda tidak berisiko terkena penyakit jantung; itu hanya berarti risiko Anda lebih rendah, tergantung pada faktor-faktor tertentu,” katanya.

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours