Penerapan keuangan digital yang kian masif di Ranah Minang

Estimated read time 7 min read

Padang (Antara) – Dazul, istri dan putranya yang berusia 3 tahun baru saja menyantap bakso Betawi dengan nasi putih panas, semangkuk bakso mie ayam, kentang goreng, dan semangkuk nasi. Campur es dalam mangkuk berukuran sedang, Sumatera Barat.

Usai menyantap semua makanan yang ada di meja, warga Bukit Tinggi itu berjalan menuju kasir. Tangannya terlihat merogoh saku tiga perempat kanan celana pendeknya. Segera setelah itu, dia meraih celana kirinya lagi. Namun, dia tidak dapat menemukan apa pun yang dia cari di sakunya.

“Bolehkah saya menggunakan kartu debit?” Dazul, 32 tahun, bertanya kepada kasir toko.

Namun, karena alat pengumpul data elektronik (EDC) restoran tersebut rusak, kasir menggunakan kode respon cepat standar Indonesia (QRIS) untuk menyelesaikan pembayaran. Dazul segera mengeluarkan ponsel cerdasnya dan membuka aplikasi mobile banking bank untuk melakukan pembayaran digital.

Beruntungnya dia punya aplikasi QRIS. Selain itu, toko kelontong juga menawarkan layanan pembayaran digital. Sistem pembayaran tunai atau tunai terasa sangat mudah, sederhana, efektif, efisien dan aman.

Kasir restoran (merchant) Awi yakin QRIS dapat membantu konsumen dan restoran dalam menyelesaikan transaksi. Dengan adanya event digital, merchant tidak perlu lagi bersusah payah mencari perubahan pada konsumen.

Restoran tersebut telah menggunakan QRIS selama 5 tahun terakhir. Adopsi pembayaran digital didorong oleh peningkatan pengguna QRIS sehingga sulit menemukan sisa pembayaran konsumen dalam pecahan kecil.

Secara umum pelanggan yang datang menggunakan layanan QRIS berasal dari luar Kota Pariaman dan provinsi tetangga seperti Riau. Setiap akhir pekan, Kota Pariaman sering dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Selain mengunjungi berbagai objek wisata untuk melepas kepenatan, wisatawan juga datang ke kota di pesisir barat Pulau Sumatera ini untuk mencari kuliner lezat.

Setiap akhir pekan, omzet restoran yang dikelola Awi bisa mencapai Rp 8 juta bahkan 10 juta. Dari pendapatan tersebut, pelanggan kerap membayar makanan lezat yang mereka cicipi menggunakan layanan QRIS.

Meskipun pembayaran digital bermanfaat bagi bisnis dan konsumen, bukan berarti sistem pembayarannya tanpa masalah. Koneksi Internet yang memadai dan andal sangat penting.

Di Sumatera Barat, adopsi keuangan digital seperti QRIS terus meningkat. Perwakilan Bank Indonesia Sumbar mencatat, baik volume transaksi maupun nilai nominal QRIS menunjukkan percepatan pertumbuhan. Pada akhir semester I tahun 2024, jumlah transaksi QRIS di Ranah Minang sebanyak 12.403.837 transaksi, meningkat 245,60% dari 3.589.035 transaksi pada semester I tahun 2023.

Kota Padang mencatatkan transaksi QRIS terbanyak sebanyak 6.476.251 transaksi, disusul Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 1.134.373 transaksi dan Kota Payakumbuh sebanyak 956.270 transaksi.

Pada akhir Q1 2024, total nilai nominal transaksi QRIS di Sumbar sebesar Rp 1,62 triliun, naik 185,55% year-on-year dari Rp 568,19 miliar pada Q1 2023.

Nilai nominal transaksi terbesar adalah Kota Padang Rp862,01 miliar, Kota Bukit Tinggi Rp131,42 miliar, dan Kabupaten Padang Pariaman Rp120,48 miliar.

Mohammad Abdul Majid Ikram, Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, mengatakan dengan pertumbuhan yang sangat besar tersebut, pihaknya akan terus memaksimalkan penggunaan keuangan digital.

Pada tahun 2024, organisasi yang dipimpinnya bertujuan untuk meningkatkan volume transaksi sebanyak 12,322,920 kali lipat dan mencapai 12,403,835 transaksi pada kuartal pertama tahun 2024, yang setara dengan 100,66% dari target yang ditetapkan.

Sementara itu, merchant QRIS Bank Indonesia di Ranah Minang juga mengalami pertumbuhan positif. Pada akhir triwulan II tahun 2024, jumlah merchant QRIS sebanyak 514.577, meningkat 27,32% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dibandingkan peluncuran Q2 2023, jumlah merchant QRIS bertambah 110.431. Dari jumlah tersebut, pangsa usaha kecil dan mikro sebesar 70,62%, pangsa usaha kecil sebesar 26,12%, dan sisanya merupakan kelompok usaha besar, menengah, dan lainnya.

Diketahui, jumlah merchant QRIS terbanyak berada di wilayah Kota Badong sebanyak 189.619 merchant. Selain itu, pedagang di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 45.764 orang dan Kota Bukit Tinggi sebanyak 38.148 orang.

Dengan bertambahnya merchant, jumlah pengguna QRIS juga menunjukkan perkembangan positif. Jumlah pengguna QRIS di Sumbar sebanyak 514.577 orang pada triwulan II tahun 2024.

Jumlah penggunanya meningkat 2.383,11 juta dibandingkan musim sebelumnya atau meningkat 40,67%. Meningkatnya jumlah merchant dan pengguna QRIS di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap keuangan digital inklusif semakin meningkat.

Ranah Minang Peningkatan jumlah pengguna QRIS juga dipengaruhi oleh sistem keuangan digital yang lebih cepat, sederhana, murah, dan dapat diandalkan. Selain itu, dalam perkembangan teknologi saat ini, masyarakat menginginkan sesuatu yang efisien dan fungsional untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari. Peningkatan penggunaan keuangan digital juga berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Sumbar sebesar 4,71 persen pada triwulan II tahun 2024.

Bank Indonesia Perwakilan Sumbar telah menyusun tiga rencana utama dalam rencana peningkatan jumlah pengguna dan merchant QRIS. Tujuannya mendorong 19 kabupaten, kota bahkan pelosok untuk menggunakan layanan QRIS di tingkat retail.

Kedua, mendorong penerapan keuangan digital di sektor transportasi. Padahal, dalam jangka panjang, lembaga yang didirikan pada 1 Juli 1953 ini bertujuan untuk interkoneksi ekonomi digital dengan sektor transportasi.

Strategi berikutnya adalah memastikan pemerintah menggunakan pembayaran digital untuk mendistribusikan bantuan pendapatan. Terakhir, pihaknya akan mempercepat implementasi penuh elektronik perekonomian daerah.

QRIS mandiri menjangkau seluruh pelosok negeri

Pada peringatan 79 tahun berdirinya Republik Indonesia, Bank Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendorong pembangunan ekonomi, khususnya di bidang keuangan digital.

Penerapan keuangan digital inklusif tidak bisa hanya mengandalkan Bank Indonesia atau perbankan saja. Agar QRIS dapat berkembang di seluruh pelosok negeri, perlu dukungan pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat.

Meski penerapan sistem QRIS sudah tergolong tinggi di Sumbar khususnya Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Bukit Tinggi, namun beberapa daerah lain seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai masih tergolong Daerah Rentan, Terdepan, dan Terluar (3T). memerlukan perhatian besar.

Keterbatasan infrastruktur telekomunikasi menjadi faktor utama mengapa penggunaan QRIS belum seluas di wilayah dan kota Minan lainnya. Padahal, Bumi Sikerei (julukan Mentawai) merupakan destinasi wisata internasional yang digemari wisatawan mancanegara.

Mengingat tingginya minat dan kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka sudah selayaknya dibangun infrastruktur telekomunikasi yang andal di wilayah tersebut.

Penyediaan infrastruktur yang memadai sangat penting jika Anda ingin kawasan ini menjadi bagian dari rencana yang lebih luas untuk menerapkan keuangan digital inklusif. Sebab tanpa dukungan infrastruktur, impian QRIS mandiri di seluruh Tanah Air tidak akan pernah terwujud.

Meski demikian, Bank Indonesia meyakini pemerintah pusat akan terus berupaya mendorong pembangunan infrastruktur telekomunikasi Tanah Air. Namun tampaknya intervensi lebih banyak dilakukan di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada khususnya.

Khususnya di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kantor Imigrasi setempat mendorong para pengelola bank untuk berupaya memperkuat penerapan keuangan digital dengan berkolaborasi dengan penyedia layanan telekomunikasi.

Negara berperan penting dalam proses implementasi pembiayaan digital partisipatif sebagai penyedia telekomunikasi hingga pelosok tanah air, khususnya daerah 3T. Proyek Palapa Ring merupakan infrastruktur telekomunikasi berupa struktur serat optik sepanjang 36.000 kilometer di seluruh Indonesia dan harus dilanjutkan. Sebab, banyak industri, termasuk perbankan, yang memerlukan penggunaan jaringan telekomunikasi.

Pemerintah pusat juga berupaya memperluas koneksi telekomunikasi di Indonesia bagian timur melalui kemitraan dengan perusahaan swasta asing.

“Bank Indonesia akan terus bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memastikan jaringan infrastruktur terlindungi dengan baik,” kata Abdul Majid.

Penguatan keamanan

Sehubungan dengan penerapan keuangan digital partisipatif, BI juga memandang penting untuk memperkuat keamanan. Dari sudut pandang penulis, Bank Indonesia menghimbau pihak-pihak terkait untuk meningkatkan keamanan, termasuk menyiapkan sistem deteksi kejahatan siber terhadap pengguna.

Bagi pengguna QRIS, edukasi dan pemahaman mengenai perlindungan data pribadi keuangan digital merupakan solusi berkelanjutan. FEKDI 2024 juga mencanangkan rencana sistem pembayaran Indonesia hingga tahun 2030, salah satunya terkait perlindungan data nasabah.

Selain itu, BI juga berencana mengembangkan sistem database nasabah bank tersebut. Setelah itu, informasi nasabah yang masuk daftar hitam bank harus disimpan dalam folder tertentu.

Rencana yang disusun Bank Indonesia juga memerlukan pemutakhiran atau pengembangan sistem keamanan keuangan digital secara berkala. Langkah ini mengantisipasi kejahatan siber yang terus berkembang dengan berbagai model dan mekanisme.

Di antara berbagai rencana perlindungan keuangan digital yang telah dikembangkan, kesadaran dan pemahaman nasabah tetap menjadi hal yang paling penting untuk dilakukan. Namun karena tindak pidana tidak hanya menyasar nasabah pengguna keuangan digital saja, melainkan juga menyasar sistem pembayaran non-digital seperti peredaran uang palsu.

Kantor Imigrasi setempat percaya bahwa ada baiknya bank menawarkan pencegahan dan edukasi kepada nasabah tentang bahaya kejahatan dunia maya. Setiap bank memiliki cara unik dan menarik untuk mengedukasi masyarakat sebelum menjadi korban kejahatan dunia maya.

Dengan memaksimalkan pemanfaatan keuangan digital termasuk aspek proteksinya, upaya ini dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional khususnya di wilayah Minan.

Redaktur: Achmad Zaenal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours