Pengaruh BPA terhadap infertilitas dan persalinan prematur

Estimated read time 3 min read

Jakarta dlbrw.com – Belakangan ini kontroversi seputar Bisphenol-A (BPA) terus bermunculan, terutama terkait klaim zat tersebut dapat menyebabkan kemandulan pada wanita dan mikropenis pada pria.

Informasi yang salah ini telah menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar di kalangan masyarakat.

Dalam diskusi Forum Ngopras pada hari Senin di Jakarta, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Irfan Suriya, Sp.OG RS Tzu Chi dan pengawas sosial dr. Devi Rahmawati, M.Hum dari Universitas Indonesia, pemahaman lebih jelas mengenai BPA dan dampaknya terhadap reproduksi. kesehatan.

Dr Irfan membenarkan, berdasarkan studi meta-analisis pada tahun 2013 hingga 2022, tidak ditemukan adanya kaitan antara BPA dengan gangguan kesuburan. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa BPA tidak berhubungan dengan endometriosis, kebutuhan IVF, atau sindrom ovarium polikistik.

“Kita harus hati-hati membaca penelitian yang beredar di media sosial,” ujarnya.

BPA merupakan bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan wadah plastik, termasuk galon air minum dalam kemasan biasa (AMDK).

Mengenai isu lain yang menunjukkan bahwa BPA dapat menyebabkan kelahiran prematur, Dr. Erfan menjelaskan, meta-analisis terhadap tujuh penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan antara paparan BPA dengan kondisi tersebut. Penyebab kelahiran prematur sebagian besar terkait dengan infeksi, bukan bahan kimia.

Dalam diskusi tersebut, Dr Irfan juga menjelaskan bahwa infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik pada wanita maupun pria. Pada wanita, penyebabnya mungkin berhubungan dengan kelainan tuba falopi, gangguan ovulasi, atau kondisi hormonal.

Sedangkan pada pria, faktor seperti varikokel dan kelainan sperma menjadi penyebab utamanya.

Ia menegaskan, rokok dan alkohol terbukti menyebabkan kemandulan, sedangkan efek BPA masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Sementara itu, Devi Rahmawati, dosen dan peneliti program studi Profesi Humas Universitas Indonesia, mengatakan masyarakat saat ini sangat rentan untuk ditipu.

Informasi negatif menyebar lebih cepat dibandingkan informasi positif, seringkali tanpa mereka sadari, tambah Davey.

Salah satu alasan mengapa berita palsu begitu mudah menyebar adalah naluri manusia untuk berbagi hal-hal yang emosional, baik senang, sedih, marah, atau bahkan menjijikkan, agar orang lain mengetahuinya, kata Davey.

“Kalau ada berita yang haru, aku pengen banget jadi pahlawan dan aku ingin segera ceritakan ke keluarga dan kerabatku. Jadi, niatku tidak jahat, niatku jadi pahlawan,” kata Devi dalam sebuah kesempatan. Forum Ngopras di Jakarta Pusat, Senin.

Terlebih lagi, kurangnya pengetahuan dan pengalaman seseorang terhadap suatu permasalahan membuatnya mudah terjerumus pada penipuan.

“Tidak adanya pengalaman dan pengetahuan membuat seseorang mudah menyelipkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata Davey.

Berada di lingkaran dekat yang sering menyebarkan berita bohong juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan seseorang lebih mudah terpengaruh untuk mempercayai berita palsu.

“Ada tokoh-tokoh tertentu yang punya kemampuan lebih mudah mempercayai hoaks,” ujarnya.

Davey melanjutkan: “Orang-orang pada dasarnya takut menjadi berbeda, takut sendirian. Jadi, ketika ada sesuatu yang berbeda, meski benar, mereka hanya memilih setuju dengan apa yang dipikirkan banyak orang, meski hanya hoax. “”. .

“Mencuci informasi dapat menimbulkan kebingungan dan konflik sosial,” tambahnya. Mendorong kerja sama antara penulis, pembuat konten, dan pembaca untuk mencegah penyebaran informasi yang tidak akurat.

Diskusi ini menyoroti pentingnya literasi informasi dan sikap kritis terhadap pengarusutamaan konten, khususnya di era digital saat ini.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours