Pengelola STP sebut Shopee serap ribuan tenaga kerja lokal Solo

Estimated read time 2 min read

Solo (Antara) – Lebih dari 1.000 pengunjung memenuhi kawasan Solo Technopark setiap harinya. Pusat inovasi dan inkubasi bisnis yang didirikan Pemerintah Kota Solo ini lambat laun berubah menjadi ‘Kota Budaya’ seiring perkembangan zaman.

Menurut Kepala BLUD Yudit Cahyantoro yang dikenal dengan Solo Technopark atau STP, kini menjadi tempat berkumpul tidak hanya bagi rekan kerja, tetapi juga bagi pelajar, mahasiswa, dan pekerja lepas yang beraktivitas di sana.

Selama lima tahun terakhir, beberapa perusahaan, salah satunya perusahaan teknologi Shopee, juga menjadikan lokasi seluas 5 hektar sebagai lokasi operasional atau kantor bagi ribuan pekerjanya. Ribuan pekerja menempati kawasan STP, khususnya dua gedung di Sembrani dan Gumrang.

Jumlah tersebut belum termasuk ratusan karyawan Shopee yang berada di Solo Paragon Mall.

“Untuk pegawai, kantor Shopee maksimal 1.700 pegawai. Sejauh ini 1.300 pekerja yang terbagi dalam tiga shift. (25/7)

Yudit menjelaskan, dalam eksploitasi pekerja, Shopi menggandeng perguruan tinggi di kota Solo. Rekrutmen ini tidak hanya untuk menyerap tenaga kerja lokal saja, namun Solo bisa dikatakan telah menjadi pusat ekonomi digital baru di Indonesia. Bahkan belakangan ini, Shopee juga dikenal melakukan rekrutmen di STP.

Rekrutmennya sudah ada dan kita bekerjasama dengan banyak universitas di Solo, kita ambil talenta-talenta dari seluruh Solo, kata Yudit.

Buktinya, di kawasan Solo Technopark yang berdiri di atas lahan sekitar 5 hektare, banyak perusahaan yang membangun tenant atau membangun gedung sebagai lokasi pengembangan usaha.

Tak hanya itu, menurut Yudit, STP saat ini seolah menjadi landmark baru bagi generasi milenial-GenZ di kota Solo. Pasalnya, STP dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang membantu remaja dalam beraktivitas hingga bekerja.

Pun dengan Shopee, lanjut Yudit, pihaknya rutin melakukan kegiatan bersama seperti program pelatihan pemasaran digital, produksi konten, dan hal-hal yang menunjang kemampuan digital masyarakat, baik yang tersertifikasi maupun non-sertifikasi. Maka tak heran jika STP selalu ramai pengunjung, mencapai 200-300 orang setiap harinya.

“Sebenarnya bukan hanya untuk Gen-Z saja, tapi untuk generasi lainnya. Hanya saja lingkungan dan kawasan uSTP didesain senyaman Gen-Z sebagai fasilitas olahraga.

Dengan fitur podcast, pengembangan pembuat konten, dll. Di wilayah STP. “Ini untuk menarik generasi Z ke STP,” kata Yudit.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours