Penindasan China Berlanjut, 2 Jurnalis Hong Kong Dipenjara atas Penghasutan

Estimated read time 5 min read

HONG KONG – Kampanye penindasan internasional yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan, menimbulkan ancaman serius terhadap demokrasi global dan kebebasan individu.

Penilaian tersebut disampaikan dalam editorial di European Times pada Selasa (1/10/2024).

Strategi kontrol otoriter Beijing dikatakan meluas ke negara-negara demokrasi dan tidak lagi terbatas pada wilayah Tiongkok saja, sehingga melemahkan prinsip-prinsip kebijaksanaan dan kebebasan berekspresi yang dianut oleh negara-negara tersebut.

Peristiwa baru-baru ini menunjukkan semakin besarnya keinginan Partai Komunis Tiongkok untuk mengekspos taktik represifnya kepada dunia, dengan menargetkan para kritikus, komunitas Tiongkok perantauan, dan orang asing yang berani menentang kebijakan Beijing.

Hukuman terhadap dua mantan editor Stand News Hong Kong, Chung Pui-kuen dan Patrick Lam, berdasarkan undang-undang penghasutan kuno di wilayah tersebut merupakan pengingat yang jelas akan tekad PKT untuk menghancurkan kebebasan berekspresi.

Kasus ini, yang merupakan salah satu kasus pertama sejak Hong Kong diserahkan ke Tiongkok pada tahun 1997, menandakan masa depan yang suram bagi kebebasan pers dan kebebasan berpendapat di wilayah tersebut, yang pernah menjadi benteng kebebasan di Asia.

Kasus Wang Shujun, seorang warga negara Amerika Serikat (AS) berusia 75 tahun yang dihukum karena menjadi agen PKT, lebih jauh menggambarkan sejauh mana Beijing akan memantau dan menekan perbedaan pendapat di luar negeri. Keyakinan Wang atas tuduhan memata-matai para pembangkang Tiongkok di Amerika Serikat menggarisbawahi sifat pengawasan global Tiongkok yang meluas.

Menurut Freedom House, alat penindasan internasional yang dilakukan PKT bervariasi dan brutal, termasuk pembunuhan, penculikan, deportasi ilegal, penyerangan fisik, penyebaran spyware, kekerasan dalam rumah tangga, ancaman digital, penyalahgunaan sistem Interpol, dan pembatasan mobilitas. Taktik-taktik ini merupakan bahaya nyata bagi nilai-nilai demokrasi dan kebebasan individu di seluruh dunia.

Represi internasional terhadap Tiongkok

Dalam serangan lain terhadap kedaulatan AS, 40 petugas pasukan keamanan internal Tiongkok didakwa pada bulan April 2023 karena mengatur tindakan keras internasional terhadap pembangkang Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat.

Hal ini termasuk membuat akun media sosial palsu untuk melecehkan dan mengintimidasi para pendukung pro-demokrasi dan bekerja sama dengan karyawan perusahaan telekomunikasi AS untuk menyensor para pembangkang. Kasus ini mengungkapkan sejauh mana dan kesediaan Partai Komunis Tiongkok untuk memanipulasi lembaga-lembaga asing untuk membungkam kritik.

Pelaku tindakan represi transnasional tersebut berasal dari berbagai aparatur negara Tiongkok, antara lain Kementerian Keamanan Publik, Kementerian Keamanan Negara, Polisi Bersenjata Rakyat, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), milisi Tiongkok, dan militer Tiongkok. Administrasi Dunia Maya. .

Keterlibatan lembaga-lembaga tersebut menyoroti sifat komprehensif dari strategi represif global Tiongkok dan keyakinan bahwa komunitas diaspora Tiongkok tunduk pada otoritas Beijing terlepas dari lokasi atau kebangsaan mereka.

Kampanye penindasan internasional yang dilakukan PKT semakin intensif dengan diluncurkannya Operasi Foxhunt pada tahun 2014 dan Operasi Skynet pada tahun 2015. Meskipun secara lahiriah merupakan bagian dari gerakan “anti-korupsi” Presiden Xi Jinping, program-program tersebut ditujukan untuk mengepung lawan politik dan pembangkang. dunia

Taktiknya meliputi pelecehan, penguntitan, tekanan terhadap anggota keluarga, dan penculikan. Kelompok hak asasi manusia Safeguard Defenders telah mendokumentasikan 283 kasus pemulangan ilegal yang mengkhawatirkan dari setidaknya 56 negara dan dua wilayah, menyoroti jangkauan global dari tindakan keras yang dilakukan Beijing.

Strategi PKT lebih dari sekadar operasi rahasia untuk mempengaruhi kelompok pro-Beijing di komunitas pengasingan untuk menekan perbedaan pendapat dan mengendalikan narasi. Hal ini terbukti selama kunjungan Xi Jinping pada tahun 2023 ke San Francisco untuk menghadiri KTT APEC, di mana kelompok-kelompok pro-PKT melakukan konfrontasi dengan pengunjuk rasa anti-PKT dengan kekerasan.

Tindakan seperti ini, yang seringkali didorong oleh pemerintah Tiongkok, merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk membungkam kritik dan membentuk opini publik di luar negeri.

Inti dari upaya penindasan internasional Tiongkok adalah United Front Work Department, sebuah lembaga kuat PKT yang bertugas mempengaruhi pemerintah asing, mengkooptasi komunitas diaspora, dan memajukan tujuan politik Beijing di luar negeri.

Organisasi ini memainkan peran penting dalam mengoordinasikan jaringan pengaruh global Tiongkok, mengaburkan batas antara aktor sipil dan negara, dan membangun sistem kontrol komprehensif yang mencakup kedutaan besar Tiongkok hingga kelompok masyarakat lokal.

Ketika Tiongkok terus menyempurnakan praktik peraturannya dan memperluas pengaruhnya, dampak tindakan tersebut terhadap demokrasi global sangatlah besar. Kampanye penindasan internasional yang dilakukan PKT merupakan tantangan langsung terhadap prinsip-prinsip kebebasan berekspresi, kebebasan individu, dan kedaulatan nasional. Hal ini tidak hanya mengancam para pembangkang Tiongkok dan komunitas diaspora, namun juga fondasi masyarakat demokratis di seluruh dunia.

Masyarakat Global yang Adil dan Terbuka

Meningkatnya ancaman penindasan internasional yang dilakukan Tiongkok memerlukan respons yang terkoordinasi dan kuat dari negara-negara demokrasi.

Pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan individu harus bekerja sama untuk memperkuat perlindungan hukum bagi para pembangkang dan kelompok rentan, meningkatkan langkah-langkah keamanan siber untuk melawan ancaman digital, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aktivitas pengaruh PKT, dan mendorong kerja sama internasional untuk memerangi penindasan internasional.

Hanya melalui kewaspadaan dan upaya bersama masyarakat global dapat membendung gelombang otoriter Tiongkok yang semakin meluas dan melestarikan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi untuk generasi mendatang.

Perjuangan melawan penindasan internasional bukan hanya tentang melindungi para pembangkang Tiongkok, namun juga tentang melindungi prinsip-prinsip dasar yang mendasari masyarakat bebas di mana pun.

Seiring dengan tumbuhnya pengaruh global Tiongkok, tekad komunitas internasional untuk melindungi hak dan kebebasan yang menentukan dunia demokrasi juga meningkat.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan yang semakin besar ini, sangatlah penting bagi negara-negara demokrasi untuk bersatu dalam komitmen mereka untuk melindungi hak asasi manusia dan kebebasan individu.

Komunitas internasional harus menyadari konsekuensi luas jika membiarkan penindasan internasional yang dilakukan Tiongkok terus berlanjut.

Dengan berdiri teguh melawan taktik otoriter tersebut, semua pihak tidak hanya melindungi individu dan komunitas yang rentan, namun juga menegaskan kembali nilai-nilai universal kebebasan, demokrasi, dan martabat manusia yang menjadi landasan masyarakat global yang adil dan terbuka.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours