Penjelasan Konflik Hamas Fatah, Penyebab serta Upaya Perdamaian yang Dilakukan

Estimated read time 2 min read

JALUR GAZA – Konflik antara Hamas dan Fatah yang telah berlangsung lebih dari satu dekade, pada dasarnya didorong oleh perbedaan ideologi. Kini dua organisasi pertahanan Palestina baru saja menandatangani Deklarasi Beijing.

Menurut France 24, Hamas mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian di Beijing dengan organisasi Palestina lainnya, termasuk saingannya Fatah, untuk bekerja sama demi “persatuan nasional” dan bersama-sama memerintah Gaza setelah konflik dengan Israel berakhir.

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, yang menjadi tuan rumah bagi kelompok-kelompok Palestina, mengatakan mereka telah sepakat untuk membentuk “pemerintahan sementara rekonsiliasi nasional” untuk mengawasi Jalur Gaza pascaperang.

Pengumuman tersebut menyusul sembilan bulan perang genosida Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina.

Kenyataannya, Hamas dan Fatah bukanlah dua organisasi yang suka hidup berdampingan. Untuk saat ini konflik di antara mereka belum bisa dikatakan terselesaikan.

Konflik Hamas Fatah

Konflik awal antara Hamas dan Fatah muncul karena perbedaan ideologi. Sebab Hamas dikenal sebagai organisasi yang sangat mendukung hukum agama, sedangkan Fatah lebih bersifat nasionalis.

Dalam hal ini Fatah merupakan faksi yang mengakui Israel sebagai negara merdeka. Hal ini dilakukan untuk membawa perdamaian di wilayah Yerusalem.

Namun pandangan faksi penguasa di Palestina saat itu ditentang keras oleh Hamas, yang menilai Zionis pendiri negara Israel adalah sesuatu yang harus dihapuskan.

Perdebatan ini memuncak pada tahun 2004 dengan kematian pemimpin Fatah dan presiden Palestina Yasser Arafat. Di masa lalu, Yasser adalah tokoh penting dalam upaya perdamaian dengan Israel berdasarkan perjanjian Oslo.

Akibatnya, Hamas mulai meningkatkan kekuatan politiknya ketika para pesaingnya melemah. pada tahun 2006 pemilu digunakan sebagai wadah bagi Hamas untuk memperoleh mayoritas dan memenangkan parlemen Palestina.

Hasilnya, Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, terpilih sebagai perdana menteri Palestina.

Akibat kemenangan tersebut, Hamas mulai menguasai Jalur Gaza yang merupakan wilayah padat penduduk di Palestina. Meski begitu, Fatah masih mempertahankan kekuasaannya di Tepi Barat.

Upaya perdamaian Hamas Fatah

Memang benar, konflik antara Hamas dan Fatah tidak dibiarkan begitu saja. Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan, dimulai dengan pembentukan komite baru yang terdiri dari para pemimpin faksi Palestina untuk menyelesaikan dialog berbagai isu.

Pertemuan tersebut disebut sebagai langkah pertama dan penting menuju berakhirnya dialog nasional dan menyampaikan harapan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secepatnya.

Kesepakatan yang dicapai di Beijing beberapa waktu lalu juga menjadi wadah konsensus kedua organisasi. Namun ideologi yang mengakar kuat membuat semua pihak mempertanyakan apakah Hamas dan Fatah akan mampu berdamai.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours