Pentagon: AS tidak terlibat dalam ledakan alat penyeranta di Lebanon

Estimated read time 2 min read

Washington (ANTARA) – Pentagon pada Selasa (17/9) menyatakan tidak ada keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam ledakan pager mematikan di beberapa tempat di Lebanon.

“Sejauh yang saya tahu, tidak ada keterlibatan AS dalam hal ini. Sekali lagi, ini adalah sesuatu yang kami selidiki,” kata juru bicara Angkatan Udara Mayor Jenderal Pat Ryder kepada wartawan ketika ditanya apakah AS terlibat dalam ledakan tersebut.

Pernyataannya muncul setelah sembilan orang tewas dan 2.800 lainnya terluka dalam serangan yang sama terhadap perangkat komunikasi nirkabel (Pages) di Lebanon.

“Sejauh laporan serangan ini… Saya tidak memiliki informasi apa pun untuk diberikan mengenai hal itu, jelas ini adalah sesuatu yang terus kami kaji, namun tidak ada informasi yang dapat saya berikan,” kata Ryder.

Tidak ada “perubahan dalam posisi militer AS” di Timur Tengah, katanya, ketika ditanya tentang perubahan dalam militer AS pasca serangan tersebut.

Ryder juga mengatakan Menteri Pertahanan Lloyd Austin berbicara dengan timpalannya dari Israel Yoav Gallant pada hari Selasa, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut apakah mereka berbicara melalui telepon sebelum atau sesudah serangan itu.

“Dalam hal eskalasi, umumnya di Timur Tengah, ini adalah sesuatu yang telah kami perhatikan selama sekitar satu tahun, sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober,” kata Ryder, seraya menambahkan bahwa Austin telah menjadi fokusnya. konflik di komunitas tidak meluas ke komunitas yang lebih besar.

“Kami sangat yakin bahwa cara terbaik untuk mengurangi ketegangan di perbatasan antara Israel dan Lebanon adalah melalui diplomasi, dan itu akan tetap menjadi fokus kami,” tegasnya.

Kelompok Hizbullah Lebanon menyalahkan Israel atas ledakan nirkabel tersebut dan menjanjikan “hanya pembalasan dari tempat yang tidak terduga” terhadap Tel Aviv.

Belum ada komentar langsung dari pihak Israel.

Ledakan tersebut terjadi di tengah serangan perbatasan antara Hizbullah dan Israel, menyusul serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, pasca serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Sumber: Anatolia

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours