Penurunan Harga Avtur Dinilai Tak Berpengaruh Besar ke Tarif Tiket Pesawat

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Pengamat Transportasi dan Logistik Bambang Harjo Sokartono (BHS) mengatakan penurunan harga bahan bakar jet sebesar Rp1.581 dari salah satu item yang diusulkan Komite VII DNR tidak serta merta menurunkan harga tiket pesawat secara signifikan.

Seorang pria bernama BHS mengatakan, dari segi harga pesawat, biaya avtur menyumbang 30% dari total biaya. Hal ini sangat merugikan keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa pesawat.

“Avtur di Indonesia termasuk dalam harga kelas menengah untuk kawasan Asia Tenggara. Mengingat, harga Avtur berkisar Rp 13.300. Padahal di Malaysia dan Singapura harga Avtur berkisar Rp 8.000 hingga Rp 9.000. Thailand sekitar Rp 15.000. Namun bukan berarti pemerintah harus ngotot menurunkan harga avtur karena meski harga avtur turun, bukan berarti harga tiket pesawat akan turun jauh,” tambah BHS.

Contoh BHS lebih lanjut, jika Avtur menunjukkan penurunan sebesar Rp 1.500 seperti yang diusulkan Panitia VII DPR RI, maka berarti penurunan Avtur hanya sekitar 12% dari 30%. Artinya telah terjadi penurunan harga tiket sekitar 4% dari total harga tiket pesawat.

“Kalau harga tiket pesawat Surabaya ke Jakarta 1,3 juta rupiah, kalau turun 4 persen hanya sekitar 52.000 rupiah.” Apakah berpengaruh terhadap mahalnya harga tiket pesawat? Hasilnya tidak bagus. , pengguna pesawat tersebut berasal dari kalangan menengah atas. tanya BHS.

Mahasiswa ITS Surabaya ini berpendapat, alih-alih berpikir untuk menurunkan harga Avtur, sebaiknya pemerintah menurunkan harga solar atau solar. Sebab, hal tersebut diyakini akan memberikan dampak yang lebih luas dan jauh lebih besar terhadap perekonomian makro dan mikro.

“Dari semua jenis transportasi, yang paling bermanfaat, terutama logistik yang berdampak pada perekonomian, adalah transportasi darat karena sekitar 80 persen logistik kita menggunakan transportasi darat. Berikutnya angkutan laut sebesar 12 persen, sisanya kereta api dan penerbangan,” jelasnya.

“Jika harga BBM transportasi darat dan laut, serta kereta api yakni solar/solar diturunkan, tentu dampaknya terhadap perekonomian akan jauh lebih besar dan masyarakat secara keseluruhan akan merasakan manfaatnya.” Terutama pengguna transportasi, serta biaya logistik. Bagi sektor logistik, hal ini dapat mempengaruhi “harga produk industri di Indonesia sehingga meningkatkan daya beli masyarakat,” kata BHS.

Anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini kembali menegaskan, biaya terbesar dalam transportasi udara adalah jaminan risiko keamanan dan standarisasi kenyamanan sehingga berdampak pada harga tiket.

“Jangan biarkan harga keamanan bisa dinegosiasikan.” Kalau terjadi kecelakaan karena tekanan penurunan tarif yang dilakukan pengusaha angkutan udara dengan mengurangi biaya keamanan, siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya lagi.

Selain itu, menurut BHS, terdapat alternatif bagi masyarakat yang tidak ingin menggunakan transportasi udara, yaitu transportasi laut dan darat.

“Alangkah baiknya jika pemerintah bisa mempertimbangkan penurunan harga solar atau solar. Sejalan dengan peningkatan kualitas transportasi darat dan laut. Jadi masyarakat bisa punya alternatif transportasi karena tidak mau menggunakan pesawat, bisa menggunakan bus, kereta api, atau kapal laut,” katanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours