Penurunan Kognitif Atau Pola Pikir Umum Dialami Lansia, Ini Tips Edukatifnya

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Berikut tips dan cara menjaga mental atau faktor kognitif lansia. Di seluruh dunia, populasi dunia sedang mengalami tren “penuaan populasi”, dimana jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat. Di Indonesia, total persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 11,75% pada tahun 2023, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 10,48%.

Artinya, 1 dari 10 penduduk Indonesia merupakan lansia dan banyak mengalami perubahan baik jasmani maupun rohani dalam kehidupan sehari-harinya. Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya adalah perubahan kemampuan berfikir atau berfikir. Direktur Usia Produksi dan Penuaan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Diakui Nida Rohmawati, MPH, salah satu perubahan yang dialami seseorang seiring bertambahnya usia adalah perubahan daya kognitif atau pola pikir.

“Contohnya ingatannya berubah. Misalnya kalau membaca pakai kacamata, kadang lupa di mana meletakkan kacamatanya,” kata Nida Takl pada Show Media Gathering & Show Update SENIOR EXPO 2024 di Jakarta, Kamis (11/7/2024). )

Selain Nida, sebagai pembicara diskusi, Kepala Divisi Pelayanan Kesehatan Integratif Puskesmas TNI, Dr. Tanto Budhiharto, Dr. Kuntjoro Harimurti, SpPD-KGer, MSc (Perkumpulan Gerontologi Medis Indonesia), Dr. Grace Walandauw (Dokter RS ​​Siloam Agora) dan Anita Hutagalung (Ketua Umum Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia/PERWATUSI)

Lalu apa yang bisa dilakukan agar perubahan kognitif lansia tidak semakin menurun? Dijelaskan Nida, Pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2024 mengatur tentang standar pelayanan minimal di bidang kesehatan bagi warga lanjut usia.

Standar minimal pelayanan ini meliputi edukasi hidup bersih dan sehat, serta skrining faktor risiko seperti tekanan darah, gula darah, dan lain-lain, yang hasil skriningnya ditindaklanjuti untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut atau rujukan atau pemberian yang sesuai referensi. Selain pelayanan pendidikan kesehatan standar minimal, ia juga berbagi tips khusus bagi lansia untuk menjaga aspek kognitifnya.

“Untuk menjaga kesehatan, penting bagi seorang lansia untuk menerapkan pola hidup aktif, dalam hal ini rutin dan rutin berolahraga,” lanjut Nida. Selain penurunan faktor kognitif, perubahan lain yang sering terjadi pada lansia adalah penurunan kondisi fisik, penurunan aktivitas, dan pada akhirnya aktivitas juga menyebabkan perubahan psikis dan mental.

Salah satu kondisi kesehatan yang prevalensinya tinggi pada lansia adalah osteoporosis yang sebagian besar terjadi pada wanita. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi osteoporosis di Indonesia adalah 23% pada wanita berusia 50-80 tahun dan lebih dari dua kali lipat, yaitu 53%, pada wanita berusia 80 tahun ke atas.

“Kesehatan tulang merupakan modal yang penting khususnya bagi para lansia. Di Perwatusi kami mempunyai visi untuk melawan osteoporosis di Indonesia. Ketua Umum Persatuan Tulang Sehat Indonesia – PERWATUSI.

Sementara itu, banyaknya jumlah lansia di Indonesia telah menciptakan segmen tersendiri, baik dalam hal akses terhadap layanan kesehatan, gizi, olahraga, serta berbagai produk dan layanan yang membantu meningkatkan kualitas hidup lansia.

“Sebagai kegiatan pameran yang menampilkan produk dan layanan unik untuk kesehatan dan kesejahteraan lansia, SENIOR EXPO akan diadakan sebagai wadah bagi industri untuk memamerkan produk dan layanannya, untuk berinteraksi dengan konsumen dan pengguna, lansia, keluarga dan pengasuh mereka.” ujar Teddy Halim, Direktur PT Media Artha Sentosa, penyelenggara SENIOR EXPO.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours