Penyediaan BBM berkualitas kurangi polusi udara secara signifikan

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof Budi Haryanto, penyediaan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas mampu mengurangi polusi udara secara signifikan.

Prof Budi mengatakan, polusi udara akibat bahan bakar bersulfur tinggi menyumbang 43 persen dari total polusi di Jakarta.

Segera ganti bahan bakar kualitas rendah yang masih belum memenuhi standar Euro 2 (maksimum 500 ppm) sesegera mungkin dan seluruhnya dengan bahan bakar berkualitas lebih tinggi yang memenuhi standar Euro 4 (maksimum 50 ppm) atau lebih tinggi. , Selasa.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa kualitas udara yang buruk, yang terutama disebabkan oleh polusi bahan bakar berkualitas rendah, berdampak langsung pada kesehatan masyarakat.

“Sumber pencemaran udara tidak hanya dari bahan bakarnya saja, tetapi jika berada di udara maka pencemaran dari berbagai sumber juga ikut terjadi. Dampak kesehatan yang dirasakan merupakan akibat dari pencemaran udara secara keseluruhan,” ujarnya. .

Sementara itu, Ketua Komite Penanganan Dampak Penyakit Pernafasan dan Pencemaran Udara, Ketua Kementerian Kesehatan, dan Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Prof Agus Dwi Susanto juga membenarkan argumen mengenai dampak tersebut. polusi udara akibat bahan bakar yang mengandung sulfur tinggi.

Ia menjelaskan, gas hasil pembakaran bahan bakar seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida, dan partikel halus (PM2.5) merupakan zat iritan yang dapat memicu penyakit pernafasan akut.

“Nah, itu gejala iritasi dan hal-hal lain yang bisa terus meningkatkan risiko tertular Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Kalau terus begini, bisa terjadi infeksi saluran pernapasan bawah atau pneumonia. Dampak akut lainnya pada orang yang sudah punya penyakit penyerta. kondisi medis yang ada, seperti, “Jika Anda menderita asma atau penyakit paru-paru kronis, serangan Anda akan meningkat,” katanya.

Ia juga menegaskan, polusi udara dari bahan bakar bersulfur tinggi berkontribusi signifikan terhadap peningkatan jumlah kunjungan rumah sakit akibat serangan asma dan penyakit paru-paru kronis.

Menurutnya, hasil penelitian yang dilakukan di RS Persahabatan pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan polusi berbanding lurus dengan peningkatan jumlah serangan asma yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat (UGD).

Untuk itu, ia menyoroti pentingnya mempercepat pasokan bahan bakar rendah sulfur, pengembangan transportasi umum ramah lingkungan, dan regulasi emisi industri yang ketat guna mengurangi polusi.

“Tentu saja dapat dilakukan beberapa upaya untuk mengatur kendaraan di jalan raya, membuat bahan bakar lebih ramah lingkungan, dan memiliki peraturan pemerintah yang membatasi lalu lintas (kendaraan) di jalan raya,” ujarnya.

Diketahui, Jakarta saat ini menghadapi tantangan berat dalam mengatasi pencemaran udara, salah satunya akibat pasokan bahan bakar yang mengandung sulfur tinggi.

Berdasarkan data laporan Clean Air Asia tahun 2024, kualitas bahan bakar yang digunakan di Indonesia termasuk yang terburuk di Asia Tenggara, dengan kandungan sulfur sebesar 500 ppm (Euro 2), jauh melebihi standar internasional sebesar 50 ppm. euro4).

Dampaknya sangat terasa di wilayah seperti DKI Jakarta yang polusi udaranya meningkat signifikan sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours