Perang Dagang China-Eropa Memanas, Pebisnis Barang Mewah Asal Prancis Teriak Jadi Korban

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Investigasi antidumping yang dilakukan China terhadap industri cognac Eropa diyakini merupakan respons terhadap tarif Uni Eropa (UE) sebelumnya terhadap mobil listrik asal China. Hal tersebut diungkapkan salah satu pejabat senior LVMH dari merek cognac Hennessy, Jean-Jacques Guyoni, direktur keuangan LVMH.

Pekan lalu Tiongkok mengumumkan bahwa mereka berencana untuk mengajukan gugatan terhadap impor merek Eropa, sehingga meningkatkan ketegangan perdagangan setelah Uni Eropa memberlakukan tarif sementara pada mobil listrik Tiongkok pada hari yang sama.

“Anda bisa menjadi aktor regional seperti kami dengan peran yang sangat istimewa dalam globalisasi. Namun, kami tersandera oleh beberapa konflik yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas Anda,” kata Jean-Jacques Gionny, menurut Reuters.

“Setiap kali ada peluru nyasar dalam sengketa perdagangan, selalu ada ruang untuk negosiasi. Kita harus memperjelas bahwa kita tidak melakukan dumping, harga cognac sesuai peraturan,” kata Giuni. .

Dia mengatakan hal ini di meja konferensi ekonomi mengenai bisnis di kota Aix-en, Prancis selatan. Sekadar informasi, merek LVMH memproduksi barang-barang berbahan kulit, pakaian, minuman beralkohol, dan sampanye sebagian besar diproduksi di Prancis dan Italia.

Industri cognac, dengan Hennessy sebagai pemain utamanya, sangat penting bagi Tiongkok. Alasannya adalah cognac Perancis menyumbang sebagian besar impor brendi Tiongkok.

Reuters melaporkan pada akhir pekan bahwa Hennessy dan produsen cognac Eropa lainnya akan menghadiri sidang penyelidikan industri anti-dumping Tiongkok di Beijing pada 18 Juli.

Tiongkok meluncurkan penyelidikannya pada Januari 2024 setelah adanya keluhan dari Asosiasi Minuman Beralkohol Tiongkok, yang mewakili industri brendi dalam negeri. Brandy disebut-sebut dijual dengan harga murah sehingga membuat pihak berwenang merespons dengan melakukan penyelidikan.

Giuni menambahkan, perang dagang memberikan dampak negatif secara ekonomi dan politik. Namun, ia juga menekankan perlunya persatuan Eropa, karena Tiongkok saat ini memandang kawasan ini lebih lemah dibandingkan Amerika.

“Kita tidak boleh sakit di tengah globalisasi,” jelasnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours