Perbedaan GERD dan tukak lambung serta cara penanganannya

Estimated read time 4 min read

JAKARTA (ANTARA) – GERD (gastroesophageal reflux disease) dan tukak lambung merupakan dua penyakit berbeda, meski memiliki gejala khas yang hampir mirip, yakni nyeri dan rasa terbakar pada ulu hati.

Dokter Hasan Maulahela Sp.PD (Subsp.G.E.H.(K)), dokter spesialis penyakit dalam, ahli gastroenterologi dan hepatologi RS Siloam Kebon Jeruk, menjelaskan, secara umum penyakit gastroesophageal reflux adalah ketika cairan lambung naik di kerongkongan dan menimbulkan rasa sakit. kondisi yang menyakitkan. Dada terbakar.

Kondisi tersebut terjadi karena katup lambung rusak sehingga asam lambung bocor dan berdampak pada organ tubuh lainnya, seperti mengiritasi esofagus, kata dr Hassan Mullahla dalam siaran persnya, Selasa.

Sementara itu, lanjut dr Hassan, sakit maag adalah suatu kondisi terbentuknya luka pada lapisan permukaan lambung atau duodenum.

Kondisi tersebut terjadi akibat terkikisnya selaput dinding lambung dimana terdapat luka terbuka, biasanya disebabkan oleh infeksi, jelas dr Hassan.

Perbedaan gejala

Selain sakit maag, gejala umum GERD antara lain sering bersendawa, keluhan ada yang mengganjal di tenggorokan atau sulit menelan, serta gangguan tidur akibat gejala tersebut.

Penyakit refluks gastroesofageal biasanya terjadi setelah makan atau berbaring, dan dapat diperburuk oleh pemicu seperti mengonsumsi makanan pedas, makanan berlemak, minum alkohol, atau merokok.

Sakit maag biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau penggunaan obat-obatan seperti ibuprofen atau aspirin dalam jangka panjang.

Gejala umum sakit maag antara lain nyeri perut bagian atas (terasa seperti kembung atau terbakar), mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan pendarahan saluran cerna (yang mengakibatkan tinja berwarna hitam atau darah saat penderita muntah).

Meskipun GERD dan sakit maag memiliki gejala umum yang serupa, ada beberapa perbedaan yang perlu diwaspadai. Perbedaan utamanya adalah di mana pengaduan dibuat dan alasannya.

Jika penyakit refluks gastroesofageal yang biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di dada terjadi karena isi lambung menumpuk di kerongkongan, maka sakit maag biasanya menimbulkan nyeri perut bagian atas akibat luka pada lambung atau duodenum.

Merawat

Pengobatan penyakit gastroesophageal reflux dan sakit maag bisa berbeda-beda, tergantung penyebab dan tingkat keparahan kondisi pasien.

Dengan penyakit refluks gastroesofageal, orang biasanya dapat mengatasi gejalanya dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan. Namun, dalam beberapa kasus, GERD memerlukan pengobatan jangka panjang.

Sakit maag juga bisa sembuh total dengan bimbingan dokter, terutama yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori. Namun, hasil pengobatan dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk kepatuhan pasien terhadap terapi dan penyebab yang mendasari sakit maag.

Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi atau meminimalkan memburuknya GERD dan sakit maag, termasuk mengubah pola makan, menghindari pemicunya, dan mengonsumsi obat sesuai resep dan anjuran dokter.

Tes untuk GERD dan sakit maag meliputi:

1. Endoskopi: Pemeriksaannya menggunakan tabung fleksibel yang dilengkapi kamera untuk melihat lapisan esofagus, lambung, atau duodenum. Endoskopi memungkinkan dokter untuk segera melihat peradangan, luka, atau bisul yang mungkin terbentuk.

2. Biopsi: Selama endoskopi, dokter Anda mungkin juga mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk dianalisis di laboratorium guna mendeteksi keberadaan bakteri atau perubahan sel yang mungkin mengindikasikan kemungkinan kanker.

3. Tes asam lambung 24 jam: Tes ini dirancang untuk mengukur jumlah asam lambung yang masuk ke kerongkongan selama periode 24 jam. Selama tes ini, pasien akan dipasang alat kecil di kerongkongan yang secara otomatis akan mencatat kadar asam lambung.

4. Manometri esofagus: Pemeriksaan ini dirancang untuk mengukur kontraksi otot esofagus dan fungsi esofagus. Manometri esofagus melibatkan memasukkan tabung tipis yang dilengkapi sensor ke dalam esofagus untuk mencatat aktivitas otot pasien saat menelan.

5. Tes urea nafas: Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan Helicobacter pylori. Pasien menghirup urea yang mengandung isotop, dan jika H. pylori terdeteksi di perut, bakteri akan mengubah urea menjadi karbon dioksida, yang dihembuskan melalui napas.

Selain pemeriksaan tersebut, dokter akan mencatat riwayat kesehatan pasien, menanyakan gejala, dan mengamati kondisi umum pasien. Apakah pasien menderita penyakit refluks gastroesofageal atau sakit maag, hal ini membantu memberikan diagnosis yang akurat dan menentukan pengobatan yang tepat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours