Perencanaan Semrawut, Proyek Whoosh Rugikan WIKA Rp7,12 Triliun

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Beban utang perusahaan pelat merah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk membengkak, salah satunya akibat buruknya perencanaan dalam pelaksanaan proyek kereta cepat Whoosh. Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengakui beban bunga utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sangat tinggi. Hal ini sangat membebani kinerja keuangan perseroan dan turut mencatatkan kerugian pada tahun anggaran 2023.

WIKA mengurangi utangnya menjadi Rp 56 triliun pada akhir tahun 2023. Basis keuangan perusahaan tidak stabil karena biaya bunga akibat jumlah utang yang tidak normal. Hal inilah yang membuat pengembangan aset pelat merah dalam setahun terakhir mengalami kerugian sebesar Rp 7,12 triliun atau meningkat 11,86% dari kerugian tahun 2022 yaitu sebesar Rp 59,59 miliar.

“Ini benar-benar yang paling besar bagi kami karena di akhir kereta cepat Jakarta-Bandung, keikutsertaan kami saja sudah ada Rp 6,1 triliun, lalu masih ada perselisihan atau belum diberikan sampai Rp 5,5 triliun. Jadi sekitar Rp12 triliun,” kata Agung Budi di DPR, dilansir Jumat (12/7/2024).

Diakui Agung, tingginya partisipasi dalam proyek perkeretaapian ini membuat perseroan rela menerbitkan obligasi untuk mendapatkan pinjaman. Padahal, total beban bunga yang dibayarkan perseroan untuk penerbitan obligasi mencapai Rp 11 triliun.

“Jadi dengan utang sebesar ini, laporannya ada dua. Pertama biaya bunga yang sangat tinggi. Kedua biaya lain-lain, di awal tahun 2022 kita juga akan mulai mencatat kerugian PSBI atau Kereta Api.” Kecepatannya tiap tahun masih sangat besar,” jelasnya.

Agung menambahkan, pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, perseroan merupakan anggota konsorsium di balik berdirinya PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Selain WIKA dengan kepemilikan saham 39,12%, kerja sama juga melibatkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) dengan kepemilikan saham 51,37%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I dengan kepemilikan saham 1,21%, dan PT Jasa Marga. (Persero) Tbk sahamnya sebesar 8,3%.

Selain itu, pada tahun 2015 PBSI dan kerjasama dari Tiongkok, Beijing Yawan HSR Co. Ltd, membentuk perusahaan patungan bernama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours