Permintaan rumah tapak terus naik, segmen menengah dominasi pasar

Estimated read time 2 min read

ANTARA – Permintaan pasar perumahan di pedesaan Jabodetabek akan terus tumbuh pada paruh pertama tahun 2024, dengan permintaan didominasi oleh kelas menengah (DRP 1 miliar hingga 1,7 miliar), menyumbang 29,5% dari total permintaan.

Arief Rahardjo, Direktur Konsultasi Strategis DTZ Indonesia, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, mengatakan segmen menengah atas dan menengah atas masing-masing menyumbang 25,8% dan 25,5% dari total omzet pada semester pertama tahun 2024.

Rata-rata serapan per kompleks perumahan sebesar 13,6 unit per bulan, turun 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tangerang memiliki rata-rata serapan per unit tertinggi dengan rata-rata 15 unit per bulan, disusul Bekasi dengan 14 unit per bulan.

Penurunan penyerapan bukan berarti penurunan daya beli pasar, karena pasokan pada semester ini lebih rendah dibandingkan semester lalu, ujarnya.

Meski rata-rata tingkat penyerapan bulanan per rumah mengalami penurunan, namun data DTZ menunjukkan rata-rata nilai transaksi per rumah meningkat menjadi Rp 2,45 miliar atau meningkat 18,4% dibandingkan semester I-2023.

Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk berkualitas tinggi.

Sebaliknya, pasokan produk baru yang diluncurkan pada semester I 2024 lebih rendah dibandingkan semester II 2023, yakni sebanyak 2.979 unit terjual di wilayah Jabodetabek dan Karawang. Total pasokan saat ini sebanyak 432.724 unit

Pengiriman dari Tangerang terus mendominasi pasar, menyumbang 59% pengiriman baru, diikuti oleh Bekas sebesar 22%.

Pada Juni 2024, rata-rata harga tanah di wilayah Jabodetabek mencapai sekitar Rp12.540.852 per meter persegi, meningkat 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut Arif, kenaikan harga tanah tersebut antara lain dipengaruhi oleh kemajuan berbagai infrastruktur transportasi di koridor sekitarnya.

Arief mengatakan, kebijakan potongan PPN penuh pemerintah untuk pembelian rumah baru di bawah 5 miliar rupiah akan berakhir pada Juni 2024, yang juga menjadi salah satu penyebab rendahnya pasokan baru pada kuartal I.

Pada bulan Juli hingga Desember 2024, diskon akan dikurangi menjadi diskon PPN 50%.

Oleh karena itu, pengembang kini fokus menjual unit yang sudah ada atau ready stock atau merilis unit yang bisa dikirimkan pada Juni 2024.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours