Perpusnas Tetapkan Naskah Kidung Bwana Winasa sebagai IKON 2024

Estimated read time 3 min read

Jakarta – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memilih Naskah Kidung Bwanā Winaṣā sebagai Peringatan Nasional (IKON) tahun 2024. Lagu Bwanā Winaṣā patut mendapat pengakuan sebagai IKON yang mewakili teks, budaya, dan peristiwa istimewa. Dalam sejarah dunia.

Kidung Bwanā Winaṣā karya Ida Pedanda Ngurah ditulis dalam bentuk puisi tradisional macapat dan mencatat peristiwa-peristiwa penting seperti puputan Badung pada tahun 1906.

Mariana Ginting, Wakil Direktur Pengembangan Layanan Perpustakaan dan Informasi Perpusnas menyerahkan Sertifikat Pengakuan IKON kepada Gria Gede Belayu, putra penulis Giriya Mandhara Pemaron, penulis Naskah dan Pelayanan Perpustakaan serta Arsip Kabupaten Badung sebagai pelamar IKON di Badung Bali pada Jumat (11/10/2024).

Baca juga: Perpusnas Akui Naskah Tujuh Pulau Sebagai Persatuan Bangsa

Musik Bwanā Winaṣā telah dinilai oleh Komite Pakar IKON sebagai musik nasional, yakni mencatat sejarah perjuangan masyarakat Bali melawan penjajahan Belanda melalui Perang Puputan yang merupakan warisan penting bagi “Sejarah Indonesia”.

Ditegaskannya, penghargaan tersebut tidak hanya sekedar perayaan tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.

“Ketersediaan dan pemanfaatan Kidung Bwanā Winaṣā seluas-luasnya harus terus disebarluaskan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pembangunan nasional,” imbuhnya.

Selain itu, Yang Mulia Wakil Presiden menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya kepada kelompok-kelompok yang telah bekerjasama dengan Perpusnas dalam menyeleksi lagu-lagu Bonnavina untuk dijadikan IKON.

Baca juga: Kementerian Pelayanan Publik menghadirkan Perpustakaan Nasional sebagai Pusat Jaringan Inovasi Pelayanan Publik

Bantuan Kepada Pemerintah dan Masyarakat Warga Kabupaten Badung Sekretariat I Nyoman Sujendra mewakili Plt. Bupati Kabupaten Badung I Ketut Suiasa menunjukkan beberapa upaya pelestarian naskah kuno yang ada di Kabupaten Badung.

“Upaya pelestarian naskah-naskah kuno Kabupaten Badung khususnya lontar telah kami lakukan bekerjasama dengan guru-guru Pali di Bali,” ujarnya.

Selain itu, beliau menekankan pentingnya pelestarian dan pelestarian naskah kuno melalui promosi naskah Indonesia.

“Naskah Nusantara, badan kolektif nasional, diharapkan dapat memberikan ilmu dan pemahaman yang mengajarkan pelestarian warisan sejarah Indonesia dan kelestarian dokumen nasional dari kehancuran,” jelasnya.

Terima kasih dan terima kasih kepada Perpustakaan Nasional yang telah menyelenggarakan acara ini.

Perwakilan Giriya Mandhara Pemaron, Ida Pedanda Gede Mandhara Putra Kekeran selaku pemelihara naskah menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaannya atas terpilihnya naskah Kidung Bwanā Winaṣā sebagai lambang Bali.

“Karena sejarah bukanlah fiksi, melainkan sejarah nyata. Selain itu juga merupakan metode pendidikan untuk mampu berpikir mencari keselarasan dan gagasan untuk menemukan kedamaian. “Kalau sudah mengambil simpul daun lontar, rasa kebebasan akan datang dengan hati yang kuat,” ucapnya dalam hati untuk mencapai kesejahteraan yang seutuhnya.

Senada, perwakilan Gria Gede Belayu, Ida Pedanda Gede Putra Gelgel yang merupakan salah satu generasi penulis mengucapkan terima kasih atas terpilihnya Kidung Bwanā Winaṣā menjadi IKON pada tahun 2024.

“Saya dan keluarga berterima kasih kepada IKON. Karena mungkin presentasi karya Anda saat ini bisa menginspirasi para manajer di masa depan. “Catatan para pemimpin kita yang bijak,” tutupnya.

Pada tahun 2024, Perpustakaan Nasional akan menetapkan tujuh naskah Indonesia sebagai IKON. Selain lagu Bwanā Winaṣā, naskah yang disebut IKON adalah Bo’ Sangaji Kai (Kesultanan Bima), Pustaha Laklak Tambar ni Hulit (Sumatera Utara), Naskah Konstitusi Simbur Cahaya (Sumatera Selatan), Lontar Sri Tanjung (Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur) Lontar Attoriolong (Sulawesi Selatan) dan Lontar Primbon Suku Tengger (Jawa Timur).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours