Pertamina: Kinerja positif 2023 ditopang digitalisasi-riset teknologi

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina (Persero) menyatakan kinerja positif yang diraih pada tahun 2023 didukung oleh transformasi digital dan inovasi riset teknologi.

Berkat dua inovasi tersebut, Pertamina berhasil mencatatkan kinerja positif di hampir seluruh sektor usaha.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu, mengungkapkan digitalisasi dan riset teknologi menjadi kunci utama peningkatan kinerja Pertamina.

Melalui digitalisasi, Pertamina dapat mengelola bisnis dari hulu hingga hilir secara terintegrasi.

“Kami mulai menggunakan AI (kecerdasan buatan) untuk memproses dan menganalisis data dengan lebih cepat sehingga keputusan dapat diambil secara akurat,” kata Nicke.

Selain itu, Pertamina juga terus mengembangkan riset dan teknologi untuk meningkatkan produk bernilai tinggi. Pertamina menguasai 24% sektor hulu dengan kontribusi produksi minyak 69% dan produksi gas 34%. Kemudian, pengelolaan ribuan sumur juga dilakukan melalui digitalisasi dan terhubung ke hilir.

Pada tahun 2023, Subholding Hulu Pertamina mampu meningkatkan produksi migas sebesar 8%. Selain itu, Pertamina juga terus menambah cadangan migas baru baik dari blok migas eksisting maupun blok migas baru.

Luar biasa, untuk meningkatkan produksi migas, Pertamina mengebor 800 sumur baru. Oleh karena itu, 62% investasi Pertamina dilakukan di hulu, kata Nicke.

Kinerja sektor pengolahan Subholding Refining & Petrochemical Pertamina juga positif dengan terus menjaga produktivitas kilang berkapasitas 1,025 juta barel per hari tersebut. Pada tahun 2023, operasi kilang akan terus berlanjut tanpa penutupan yang tidak terduga.

“Ini bukan sesuatu yang tiba-tiba, tapi proses lima tahun dimana Pertamina merenovasi kilangnya,” ujarnya.

Pertamina juga melaksanakan sembilan proyek yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi energi, dan meningkatkan kapasitas pengilangan.

Di sektor hilir, lanjut Nicke, dengan digitalisasi subholding Commercial & Trading, Pertamina mampu mengendalikan kuota BBM dan LPG bersubsidi serta meningkatkan penjualan BBM nonsubsidi yang sebagian besar merupakan industri sebesar 2%.

“Artinya, hal ini secara efektif mendorong industri untuk tumbuh lebih baik,” kata Nicke.

Untuk sektor transportasi, subholding Integrated Marine & Logistic Pertamina mengelola 760 kapal sambil terus mengembangkan aktivitas internasionalnya. Saat ini, melalui Pertamina International Shipping (PIS), Pertamina memiliki 50 rute pelayaran internasional.

Pada tahun 2023, volume pengangkutan mencapai 161 juta kiloliter (KL), meningkat 3% dibandingkan tahun 2022.

Hasil positif juga menjadi highlight kinerja pengembangan bisnis Subholding Gas. Pada tahun 2023, volume penjualan gas mencapai 337 ribu BBTU, meningkat 3% dibandingkan sebelumnya 327 ribu BBTU.

Nicke mengatakan gas merupakan pilar Pertamina dalam mencapai transisi energi dan pengembangan infrastruktur gas akan mempercepat transisi energi Indonesia.

“Kunci transisi energi adalah gas karena merupakan perantara antara bahan bakar dan energi terbarukan,” kata Nicke.

Melalui Subholding Power & NRE, Pertamina juga berhasil meningkatkan produksi energi bersih sebesar 17%, menjadi 5.452 gigawatt hour (GWh), dari sebelumnya 4.659 GWh.

“Tahun lalu PNRE berhasil menyelesaikan proyek gas terintegrasi dengan regasifikasi seukuran Asia Tenggara yaitu PLTGU Jawa 1 sebanyak dua unit dengan kapasitas masing-masing 880 megawatt (MW),” jelasnya.

Selain kinerjanya yang positif, Pertamina juga menjalankan proses bisnisnya dari hulu hingga hilir dengan lebih ramah lingkungan. Pertamina berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 34%, lebih besar dari target pemerintah sebesar 31,89%.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours