Pesta Budaya Digelar untuk Ajak Masyarakat Lampung Selatan Rayakan Keberagaman

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Warga Lampung Selatan berkumpul di festival budaya untuk merayakan keberagaman dan keharmonisan budaya. Kegiatan yang berlangsung di halaman Desa Bumijaya pada Kamis (22/08/2024) ini terlaksana berkat dukungan Social Cohesion Strengthening Project (SSCP). Ini merupakan inisiatif dari UE sebagai donor, dengan ChildFund International di Indonesia sebagai direktur dan Yayasan Katolik untuk Pembangunan Sosial (YPSK) sebagai mitra pelaksana di Indonesia.

“Tujuan keseluruhan dari program ini adalah untuk memungkinkan masyarakat Lampung hidup damai melalui praktik budaya yang bertujuan mencegah konflik,” kata Husnul Maad, Country Director ChildFund International di Indonesia.

Menurut Husnul Maad, keberagaman budaya, suku, dan agama berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat. Namun kita dapat menghindari hal tersebut melalui dialog dan pembangunan konsensus di antara anggota masyarakat.

Meskipun praktik budaya “Piil Pesenggiri” di Lampung mendorong terciptanya perdamaian antar masyarakat melalui dialog dan pembangunan konsensus, namun praktik budaya perlu lebih terintegrasi di kalangan generasi muda.

“Sebagian besar seniman yang hadir dalam acara ini adalah anak-anak muda. “Ini untuk menunjukkan bahwa generasi muda masih peduli dan siap menjunjung tinggi nilai dan prinsip yang mendasari acara adat dan budaya,” kata Maad.

Selain pertunjukan budaya, permainan dan kompetisi bertema budaya juga ditawarkan untuk meningkatkan pembentukan tim, dinamika kelompok, dan sportivitas.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, menyatakan dukungan kuatnya terhadap inisiatif tersebut.

“Uni Eropa mempromosikan pertukaran budaya sebagai sarana untuk membangun rekonsiliasi, saling pengertian dan perdamaian. “Kami mendorong generasi muda untuk bergabung dengan kami dan menjadi pemimpin dalam pencegahan konflik di komunitas mereka,” katanya.

Nanang Ermanto, Bupati Kabupaten Lampung Selatan, mengapresiasi penerapan SSCP di wilayahnya.

“SCCP adalah inisiatif baru yang mengatasi masalah-masalah sosial yang penting. Kami berharap proyek ini dapat dilaksanakan di beberapa wilayah di Kabupaten Lampung Selatan. “Ini akan membantu kami meningkatkan kapasitas generasi muda dan mengkonsolidasikan perdamaian,” katanya.

SSCP diluncurkan pada 1 Februari 2023 dan akan berlangsung hingga 31 Juli 2025. Selain di Lampung, proyek ini juga berlangsung di Liquica, Timor Timur.

Hingga Juli 2024, inisiatif ini telah menjangkau 1.001 peserta langsung di Lampung melalui berbagai kegiatan. Kegiatan yang beragam ini mencakup dialog antar agama, budaya dan generasi, pelatihan dan peningkatan kapasitas dalam penyampaian cerita, pendidikan pembangunan perdamaian, komunikasi sipil dan jurnalisme, kesetaraan, keberagaman dan inklusi sosial serta partisipasi pemuda yang bermakna.

Pesertanya antara lain pelajar dan pemuda sebanyak 389 orang, guru sebanyak 197 orang, perangkat desa sebanyak 134 orang, perangkat Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 25 orang, jajaran Pemerintah Provinsi Lampung sebanyak 17 orang, tokoh adat sebanyak 91 orang, dan tokoh agama sebanyak 71 orang.

Selain tokoh agama dan tokoh adat, SSCP juga melibatkan 10 jaringan keagamaan dalam dialog mengenai perdamaian dan kerukunan. SSCP juga melibatkan dan memperkuat 6 organisasi masyarakat sipil (ormas) lokal yang fokus dan menawarkan program pada pemuda untuk menempatkan mereka di garis depan dalam pembangunan perdamaian, meningkatkan keharmonisan dan memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat.

Kolaborasi adalah landasan implementasi SSCP. Untuk itu SSCP bekerjasama dengan 13 desa, 5 kelurahan, 1 kabupaten dan 16 sekolah di Provinsi Lampung. Kolaborasi ini mendorong pelaksanaan program secara partisipatif dan mendorong dialog antar budaya, agama, dan generasi.

“Dengan menciptakan rasa kepemilikan dan keberlanjutan, kami berharap dapat memberikan dampak jangka panjang meskipun program ini berakhir pada Juli 2025. Salah satu hasil nyata dari kerja sama ini adalah rencana untuk menciptakan kembali model pendidikan damai di 164 perguruan tinggi di wilayah selatan. . . Kabupaten Lampung melalui kemitraan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan dan SSCP,” kata Pastor Agustinus Soenarto YP, Ketua Yayasan Pembangunan Sosial Katolik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours