Petani di Bali manfaatkan Postalasi jual produk tanpa perantara

Estimated read time 2 min read

Tabanan, Bali (Antara) – Banyak petani di Bali yang mulai menggunakan aplikasi digital Postsy yang terintegrasi dengan sistem pembayaran, untuk melewati perantara dan menjual produknya langsung ke produsen.

“Harga jual melalui aplikasi sangat menguntungkan,” kata Abian Batur Sepaka Popuan Newman Kasim dari Kelompok Tani Subak di Desa Subangan, Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat.

Seorang petani kopi Robusta menjelaskan, harga biji kopi blend dulunya berharga Rp 7,5 juta, namun melalui aplikasi harganya naik rata-rata Rp 100.000.

Ia menambahkan, untuk meningkatkan daya saing harga, pihaknya perlu memastikan produknya berkualitas sebelum dikirim ke produsen.

Saat ini, petani di Desa Padangan, Kabupaten Tabanan bekerja sama dengan 124 petani lainnya di lahan seluas 193 hektar, menghasilkan rata-rata sekitar 600 kg biji kopi per hektar.

Selain Kasim, petani lain bernama Newman Sutyasa juga menyambut antusias dan mengunduh aplikasi yang menawarkan jaminan harga dan akses pasar tanpa perantara.

Ia berharap melalui inisiatif ini, mereka bisa memperluas pemasaran produknya dibandingkan saat ini yang hanya bisa menemukan pasar lokal di kawasan Tabanan.

“Kami berharap hal ini dapat membuat petani lebih efisien,” kata Thabanan, petani cabai dari Kelompok Tani Bodhi Kariya di desa Liangad, distrik Panibar.

Sedangkan pemrakarsa penerapan pos adalah perusahaan pertanian lokal bernama Talasi yang berlokasi di Desa Gadongan, Provinsi Tabanan.

Talassi Didi Splitna, Head of Supply Chain, menjelaskan bahwa 916 petani dari 30 kelompok tani di Bali berpartisipasi dalam penggunaan aplikasi tersebut sebelum dirilis pertama kali pada hari Jumat.

Ada pula produk pertanian dan produk pertanian lainnya yang bersifat primer terserap seperti kopi, kakao, vanila, salak, madu, nila sawit, lada, anggur, dan jeruk yang sedang dalam proses penyerapan.

Selain memperpendek rantai pasok yang panjang, ketersediaan aplikasi ini juga diharapkan dapat memberikan jaminan keberlanjutan bagi petani, termasuk harga dan pembayaran.

Ia mengatakan, harga pembelian produk pertanian melalui aplikasi mencapai 5% dari rata-rata harga pasar, dan kualitas produk pertanian juga tinggi.

“Rencananya produk-produk tersebut akan kami olah dan dijual ke seluruh Indonesia, terutama di wilayah Jabditabek,” kata Dedi.

Melalui aplikasi ini, petani dapat menawar produknya dan menentukan kualitas (grade) sesuai harga pasar.

Tim peneliti kami kemudian akan menyelidiki dan menegosiasikan harga. Jika kesepakatan harga tercapai, barang siap dikirim ke produsen/pelanggan.

Sementara itu, Wakil Direktur Pembangunan Ekonomi Kanwil Provinsi Tabanan, Anak Agong Gide Dilam Trisna Ngorra, berharap penerapan digital dapat memperpendek rantai distribusi dan memberikan dampak positif bagi petani.

“Aplikasi ini menjadi solusi bagi petani untuk menjual hasil panennya. Tidak ada perantara dan bersifat langsung sehingga manfaatnya langsung dirasakan oleh petani,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours