Pilkada Jakarta Makin Seru setelah Muncul Wacana KIM Plus, Mungkinkah PKS Menggandeng PDIP?

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Pidato Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus membuat Pilkada Jakarta semakin seru. Mungkinkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak tergiur dengan KIM Plus dan memilih bekerja sama dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)?

Tinggal 20 hari lagi untuk mendaftar Pilkada Jakarta 2024. Menjelang masa pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta pada 27-29 Agustus 2024, Kim Plus ramai dibicarakan. Aliansi ini menurut sejumlah pihak merupakan upaya menggagalkan langkah Anise Baswedan menuju Pilkada Jakarta.

Diketahui, pada 25 Juni 2024, Anees diumumkan sebagai calon gubernur dari DPP PKS dan DPP Partai Nasdam. Bahkan, sebagai pemenang Pilkada Jakarta 2024, PKS berani memasangkan Anis dengan Mohamad Sohibul Iman (AMAN). Kesepakatan damai ini diumumkan langsung oleh Presiden PKS Ahmed Saikhoo.

Bukti keseriusan PKS menghubungkan AMAN terlihat pada baliho raksasa bergambar Anis-Sohibul Iman di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simtupang, Jakarta Selatan. Pantauan Sindonews, baliho tersebut dipasang beberapa waktu lalu. Hingga Selasa (8/6/2024), baliho yang terlihat dari arah Pasar Rebo dan arah Ragunan masih berdiri.

Baliho Anis Baswedan-Muhammad Sohibul Iman (AMAN) di Kantor DPP PKS. Foto / Zikri Subhani

Sedangkan Anis diumumkan Sekjen Harmawi Taslim sebagai Wali Kota Jakarta pada 22 Juli 2024 oleh DPP Partai Nasdaq. Anise yang hadir dalam pengumuman tersebut diberi keleluasaan untuk mencari calon pasangan.

Berbeda dengan PKS dan Nasdem, DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) belum mengumumkan Anis sebagai calon gubernurnya. Sebenarnya sudah ada rekomendasi dari DPW PKB DKI Jakarta pada 12 Juni 2024.

Baca juga: Pidato Kim Plus di 3 Pilkada, Siapa Juaranya?

Munculnya pidato KIM Plus yang disampaikan Ketua Harian DPP Partai Garindra pekan lalu Sufmi Dasko Ahmad membuat dinamika Pilakad Jakarta semakin menarik. Masih menduduki posisi teratas dalam beberapa jajak pendapat Pilkada Jakarta, status Anise disebut-sebut terancam tak bisa hadir di Pilkada Jakarta.

Penilaian ini antara lain datang dari pengamat politik Ujang Komaruddin. “Kalau skema KIM Plus seperti yang disampaikan DESCO, Nasdem bisa gabung KIM, PKB bisa gabung KIM. PKB bisa diajak pakai skema KIM, kalau iya Anise tidak bisa jalan-jalan, Anise tidak mendapat dukungan partai. ,” kata Ujang yang juga dosen Universitas Al Azhar Indonesia, Sabtu (03/08/2024).

PKS kini menjadi pusat perhatian. Faktanya, tim asuhan Ahmed Saikhu bisa saja berpaling dari Anees jika ada tawaran menarik dari KIM. Bahkan, beredar kabar Ridwan Kamil ingin dicalonkan di Pilkada Jakarta hanya jika PKS ada di koalisi pendukungnya.

Mantan Presiden PKS Tifatul Sembring pun angkat bicara soal kabar partainya akan bergabung dengan Kim Plus. Tifatul mengatakan, belum ada pembahasan DPP PKS terkait pemberitaan tersebut. “Belum ada pembahasan di tingkat DPP,” kata Tifatul saat dihubungi, Rabu (8/7/2024).

Jika PKS bertahan dari Nasdem dan PKB, apakah ada kemungkinan PKS akan bergabung dengan PDIP yang juga membutuhkan mitra koalisi? Pengamat politik Universitas Nasional (UNAS) Robi Noorhadi mengatakan, yang ada dalam politik adalah kepentingan yang abadi. Jadi pada Pilgub DKI kali ini, besar kemungkinan PKS akan bersinergi dengan PDIP menghadapi koalisi Indonesia Maju Plus, kata Robi kepada SindoNews, Rabu (7/8/2024).

Namun Robbie khawatir wacana Kim plus berarti Kim plus PKS. Apalagi, beberapa waktu lalu PKS mengumumkan bakal diajak bergabung di pemerintahan Prabowo Subiano-Gibran Rakabuming Raka. “Kalau PKS menerima kursi menteri, maka peluang Pak Ennis akan habis,” ujarnya.

Jika hal itu terjadi, maka ini akan menjadi pertaruhan besar bagi PKS, kata Robi, karena PKS bisa saja ditinggalkan oleh para pendukungnya di kalangan Islam moderat, yang sangat menentang Ennis. Artinya, kalau PKS mau masuk kabinet, apalagi yang lain, bisa dianggap bunuh diri, katanya.

Jadi, kata Robi, PKS. Bagi PDIP Berkolaborasi dengan adalah pilihan yang buruk. Tinggal melunakkan perbedaan ideologi yang tajam dan mencairkan massa PKS ke PDIP dan massa PDIP ke PKS.

Hal lain yang berpotensi menarik adalah jika PDIP kemudian mencalonkan Basuki Tjahaja Poornama (Ahok). Hal ini akan menimbulkan kontroversi baru.

Lain halnya kalau misalnya PDIP mencalonkan Andika Perkas atau calon lain. Tapi intinya PKS kemungkinan besar akan bekerjasama dengan PDIP demi kepentingan abadi. Achmad Al Fikri, Rico Afrido Simanjantak, Zikri Subhani

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours