PIS dan NYK buka-bukaan soal bisnis angkutan karbon di Gastech 2024

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina International Shipping (PIS) bersama mitra strategisnya Nippon Yusen Kaisha Group (NIK) membuka persiapan pembangunan armada dan infrastruktur pendukung bisnis transportasi karbon pada forum World Gastech 2024 di Texas, Amerika Serikat. .

CEO PIS Ioki Firnandi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan PIS khususnya memimpin dalam bisnis pengangkutan karbon, khususnya bisnis penangkapan dan penyimpanan/penggunaan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS).

Menurutnya, PIS saat ini sedang mempersiapkan armada dan terminal yang diperlukan untuk pengoperasian CCS/CCUS.

“Mau tidak mau kita harus cepat mengantisipasi kebutuhan CCS di masa depan.” Pada saat yang sama, kita harus berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini dan masa depan. Contohnya adalah kerja sama kami dengan NIK dalam pengembangan transportasi CCS di Indonesia,” kata Ioki.

Pada awal tahun 2024, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pengumpulan dan Penyimpanan Karbon.

Perpres ini menjadi tonggak penting dan lampu hijau bagi PIS untuk melaksanakan komitmen Pertama untuk mencapai net zero emisi pada tahun 2060.

Pada saat yang sama, Organisasi Maritim Internasional (IMO) berkomitmen untuk mengurangi emisi dari industri pelayaran.

Ioki mengatakan, salah satu yang dipersiapkan PIS melalui kerja sama dengan NIK adalah investasi kapal pengangkut dan terminal penerima LCO2 (karbon dioksida cair) yang merupakan infrastruktur utama pengembangan usaha di CCS/CCUS.

PT Pertamina International Shipping (PIS) bersama mitra strategisnya Nippon Yusen Kaisha Group (NIK) membuka tentang persiapan pembangunan armada dan infrastruktur pendukung bisnis pengangkutan karbon pada forum dunia Gastech 2024 di Texas, Amerika Serikat . ANTARA/HO-PR PIS Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal NIK Group untuk Eropa dan Norwegia Anders Lepsoe mengatakan CCS merupakan peluang unik bagi PIS dan NIK.

“Terutama jika Anda melihat jumlah CO2 yang dapat ditangkap dari waktu ke waktu untuk memastikan kelancaran transisi serta transisi hijau untuk masyarakat yang lebih baik,” ujarnya.

Anders menambahkan, bisnis CCS memiliki potensi yang besar.

“Kuncinya adalah memahami teknologinya, memahami pengangkutan CO2 sebagai kargo, memahami industri pengangkutan, regulasi dll dimana kami dan PIS mempunyai keahlian di bidang tersebut, sehingga CCS menjadi salah satu peluang bagi kami untuk berkontribusi dalam bidang tersebut. transisi energi,” katanya.

Jockey melanjutkan, green business atau bisnis berkelanjutan selalu menjadi tujuan utama PIS dalam mendukung komitmen pemerintah untuk mencapai net zero emisi pada tahun 2060.

Untuk memenuhi komitmen tersebut, PIS bertujuan untuk mengurangi total emisi karbon dari operasi perusahaan sebesar 30 persen pada akhir tahun 2030.

PIS dengan cepat menerapkan transformasi hijau, seperti mengganti armada kapal yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan bahan bakar alternatif seperti dualfuel dan biodiesel.

PIS juga berencana untuk terus memodernisasi armadanya dengan komponen yang lebih hemat energi, memperluas penggunaan bahan bakar alternatif dan berinvestasi agar siap menjadi bagian dari rangkaian bisnis CCS/CCUS.

“Berdasarkan diskusi kami dengan NIK mengenai CCS, khususnya soal transportasi, memang tidak mudah untuk dilakukan, lebih rumit. Namun, apa yang kami lakukan di NIK akan menjawab semua tantangan yang ada. Pada saat yang sama, langkah ini berhasil. memberikan kepastian bagi pemerintah, pelaku industri, dan penghasil emisi, bahwa kami siap menjadi bagian dari rantai nilai yang melayani kebutuhan transportasi CCS, khususnya dalam pengiriman karbon lintas negara dan dalam kawasan,” jelas Ioki.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours