PLN tingkatkan co-firing biomassa PLTU Jeranjang hingga 14 persen

Estimated read time 3 min read

Lombok, NTB (ANTARA) – PT PLN Indonesia Power, subholding PT PLN (Persero), secara bertahap meningkatkan penggunaan teknologi coal-to-biomass (co-firing) di Unit Usaha Pembangkitan (UBP) PLTU Jeranjang di Lombok, BNT, dari saat ini 7 persen menjadi sekitar 14 persen pada tahun depan.

PLTU Jeranjang yang memiliki kapasitas terpasang 3 x 25 megawatt (MW) saat ini menjadi salah satu pembangkit utama (backbone) sistem kelistrikan Pulau Lombok.

“PLTU Jeranjang menyediakan sekitar 20 persen dari total kebutuhan listrik di Lombok,” kata Manajer PLN Indonesia Power (IP) UBP Jeranjang Yunisetya Ariwibawa kepada media di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis.

Ariwibawa mengatakan teknologi biomass co-firing di PLTU Jeranjang mulai diuji coba pada tahun 2019 dengan menggunakan metode RDF (waste-derivedfuel).

Pada tahun-tahun berikutnya, hingga tahun 2024, pemanfaatan biomassa akan ditingkatkan dalam rangka mendukung program pemerintah net zero emisi (NZE) tahun 2060 dan target bauran energi nasional energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025.

Oleh karena itu, kini semakin banyak jenis biomassa yang digunakan untuk co-firing di PLTU Jeranjang, antara lain penggunaan SRF (solid recoveryfuel) atau pelet limbah, pelet kayu (wood chip), dan serbuk gergaji.

Dikatakannya, selama kurang lebih lima tahun penerapan teknologi co-firing di PLTU Jeranjang, IP PLN juga mencatatkan peningkatan pendapatan seiring dengan peningkatan persentase co-firing.

Jika direncanakan dengan asumsi kontrak subholding PJBTL, terdapat tambahan pendapatan sebesar Rp45,33 miliar bila ada tambahan pembakaran ikutan sebesar 5 persen dan juga terdapat keuntungan dari selisih harga biomassa dan batu bara.

Menurut Wakil Manajer Energi Primer PLTU Jeranjang Ribut Handoyo, dengan meningkatkan persentase co-firing dan mengatasi kendala operasional, perseroan dapat meningkatkan pendapatan dan mendukung program NZE.

Selain itu, keberlanjutan PLTU Jeranjang juga semakin meningkat seiring dengan berjalannya visi dan misi perusahaan, kata Ribut.

Di sisi lain, ada juga manfaat sosialnya, seperti peningkatan perekonomian kerakyatan, terbukanya lapangan kerja baru, pemanfaatan lahan kering untuk hutan energi, dan penurunan emisi karbon CO2 (dekarbonisasi), tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ganis Nugraheni Purnamawati, Manager Stakeholder Management dan Investor Relations PT PLN Indonesia Power mengatakan, untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025, pihaknya tengah mempercepat proyek EBT di Indonesia seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). PLTS), pembangkit listrik tenaga air dan angin (BAYU).

Selain itu, penerapan co-combustion pada pembangkit listrik tenaga batu bara juga ditingkatkan dengan penggunaan berbagai jenis biomassa seperti serpihan kayu, serbuk gergaji, limbah pelet, dan limbah uang kertas, seperti yang diterapkan di PLTU Jeranjang Lombok, ” dia dikatakan.

Kapasitas terpasang sistem kelistrikan Pulau Lombok saat ini mencapai 360 MW, dengan beban puncak mencapai 320 MW.

Selain PLTU Jeranjang 75 MW, sistem kelistrikan Lombok juga disuplai oleh PLTGMU Lombok Peaker 150 MW, PLTU IPP (Swasta) 50 MW dan sisanya dari PLTS dan genset diesel.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours