PM Belanda Mark Rutte Resmi Ditunjuk sebagai Sekjen NATO

Estimated read time 2 min read

AMSTERDAM – Anggota NATO telah memilih Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebagai pemimpin NATO berikutnya. Penunjukan ini terjadi ketika perang di Ukraina berkecamuk dan ketidakpastian masih menyelimuti posisi masa depan Amerika Serikat dalam kaitannya dengan aliansi transatlantik.

Pencalonan Rutte menjadi formalitas setelah satu-satunya saingannya untuk jabatan tersebut, Presiden Rumania Klaus Iohannis, pekan lalu mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri dari pencalonan setelah gagal mendapatkan dukungan.

“Dewan Atlantik Utara telah memutuskan untuk menunjuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebagai Sekretaris Jenderal NATO berikutnya, menggantikan Jens Stoltenberg,” demikian pernyataan NATO yang dilansir Al Jazeera.

“Rutte akan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal mulai 1 Oktober 2024, ketika mandat Tuan Stoltenberg berakhir setelah sepuluh tahun memimpin Aliansi,” tambahnya.

Setelah menyatakan minatnya pada posisi tersebut tahun lalu, Rutte menerima dukungan awal dari anggota aliansi utama termasuk Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman.

Negara-negara lain lebih enggan, terutama negara-negara Eropa Timur, yang berpendapat bahwa untuk pertama kalinya pos tersebut harus diberikan kepada seseorang dari wilayah mereka.

Namun mereka akhirnya mendukung Rutte, seorang pengkritik keras Presiden Rusia Vladimir Putin dan sekutu setia Ukraina.

Stoltenberg menyambut hangat pilihan Rutte sebagai penggantinya.

“Mark adalah pemimpin transatlantik yang sangat kuat dan pembangun konsensus,” katanya. “Saya tahu saya akan menyerahkan NATO pada tangan yang tepat.

NATO mengambil keputusan melalui konsensus, sehingga Rutte, yang menarik diri dari politik Belanda setelah hampir 14 tahun menjabat sebagai perdana menteri, hanya dapat dikukuhkan setelah mendapat dukungan dari seluruh 32 anggota NATO.

Rutte akan menghadapi tantangan untuk mempertahankan dukungan sekutunya terhadap perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia, sekaligus mencegah NATO terlibat langsung dalam perang dengan Moskow.

Dia juga harus menghadapi kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, yang skeptis terhadap NATO, setelah pemilihan presiden AS pada bulan November.

Prospek kembalinya Trump telah membuat takut para pemimpin NATO, dan mantan presiden dari Partai Republik itu mempertanyakan kesediaan Amerika untuk mendukung anggota aliansi lainnya jika terjadi serangan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours