Praktisi kesehatan ingatkan pasien DBD harus segera ditangani

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Praktisi Kesehatan Dr. Fridolin Seto Pandu mengingatkan masyarakat agar penderita demam berdarah dengue (DBD) segera diobati untuk mencegah risiko pasien mengalami kejang dan komplikasi.

“DBD harus segera diobati karena trombosit bisa terus turun,” ujarnya di Jakarta, Selasa.

Jika turun di bawah 100,00 per milimeter kubik dapat memicu kebocoran plasma yang dapat mengakibatkan “Dengue Shock Syndrome” (DDS).

Pada kasus DDS, aliran darah ke seluruh jaringan tubuh berkurang sehingga dapat menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) dalam tubuh.

Kondisi ini berisiko menyebabkan tubuh gemetar dan menimbulkan komplikasi seperti kerusakan hati, jantung, otak, dan paru-paru, bahkan kematian.

Fridolin kemudian mengatakan, jika ada anggota keluarga yang demam dan tidak kunjung turun, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan dan dilakukan pemeriksaan. Sebab, demam yang dirasakan pasien bisa jadi disebabkan karena ia merupakan pasien demam berdarah.

Ia menjelaskan, gigitan nyamuk terasa gatal dan tidak nyaman. Masalahnya nyamuk Aedes aegypti tidak hanya menimbulkan rasa gatal, tapi juga bisa membawa virus demam berdarah.

“Setelah digigit nyamuk, pasien sering mengalami demam tinggi,” kata Kepala Departemen Asuransi Sequis.

Selain demam tinggi, gejala khas demam berdarah lainnya adalah sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi, serta ruam atau bercak merah pada kulit. Dalam beberapa kasus, mimisan dan gusi berdarah juga bisa terjadi.

Sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami kekeringan pada Mei hingga Agustus 2024. Saat musim kemarau, warga diimbau mewaspadai bahaya penyakit demam berdarah.

Sebab, nyamuk Aedes aegypti pembawa virus demam berdarah bisa terus berkembang biak meski hujan berkurang.

Kekurangan air di musim kemarau dapat menimbulkan banyak genangan air yang seringkali luput dari perhatian warga sekitar. Kaleng, botol, dan bak bekas bisa menjadi tempat berkembang biak yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti.

Secara spesifik, data kasus DBD di DKI Jakarta tercatat sebanyak 622 kasus pada bulan Juni ini, atau lebih sedikit dibandingkan kasus pada bulan April dan Mei. Ani Ruspitawati, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, mengatakan data kasus DBD pada Maret sebanyak 2.200 kasus, kemudian meningkat menjadi 3.164 kasus pada April dan 3.019 kasus pada Mei.

“Maret 2.200, April 3.164, Mei mulai turun masih di 3.019, Juni sejauh ini 622. Saya harap trennya turun,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours