Praktisi kesehatan minta warga tak abai jaga diri saat udara buruk

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter kesehatan dr. Ngabila Salama meminta masyarakat, khususnya yang saat ini tinggal dan beroperasi di DKI Jakarta, tidak lalai dalam menjaga diri ketika kualitas udara memburuk.

“Ada kekhawatiran PM 2.5 yang berbahaya dapat menyebabkan penyakit tidak menular jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) di banyak organ, mulai dari kulit, paru-paru, hingga jantung,” kata Ngabila saat dihubungi ANTARA. Jakarta, Jumat.

Menanggapi memburuknya kualitas udara di Jakarta, Ngabila menegaskan hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap kesehatan paru-paru masyarakat.

Dalam jangka pendek, paru-paru dapat terkena serangan asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi akut, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, dan alergi.

Sementara itu, dalam jangka panjang, meningkatkan kemungkinan terkena kanker paru-paru dan jantung.

Apalagi jika seseorang menjadi perokok aktif atau pasif maka akan memperburuk kesehatannya, ujarnya.

Sebagai bentuk perlindungan diri, masyarakat diimbau untuk tetap memakai masker KN 95 atau KF 94 untuk mencegah PM 2,5 dan menghindari perokok aktif maupun pasif.

Ngabila mengatakan, masyarakat harus menjaga kekebalan tubuh melalui kesehatan fisik dan mental dengan menjalani pola hidup bersih, sehat, cerdas, dan ceria setiap hari.

Menjaga pola hidup bersih untuk mencegah ISPA dan pneumonia dapat dilakukan dengan memakai masker, mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, dan menjaga jarak sosial (3M).

“Jangan lupa gunakan alat pembersih udara atau filter HEPA di rumah. “Selalu rajin membersihkan peralatan, hindari aktivitas di luar ruangan jika kondisi polusi udara kurang baik,” ujarnya.

Bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia, dia meminta masing-masing pihak tidak malas memakai masker di luar ruangan, melakukan vaksinasi flu, dan melengkapi vaksin COVID-19, agar tidak memperparah gejala yang sudah ada.

Meski demikian, Ngabila meyakini kualitas udara buruk sebenarnya bisa dihindari melalui perubahan gaya hidup bersama. Misalnya, dimulai dari hal kecil, setiap orang bisa beralih menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki untuk meminimalisir penyebaran asap kendaraan di jalan.

Kemudian menghemat listrik dan air baik di rumah maupun di kantor, menggunakan mobil atau sepeda listrik saat mengunjungi tempat terdekat, dan memperbanyak tanaman untuk meningkatkan kadar oksigen di area tersebut.

Sementara itu, perempuan yang juga Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan ini secara komprehensif menyarankan kepada pemerintah agar melakukan upaya agresif dalam mengurangi polusi udara baik dari sudut pandang komunitas, ekonomi, dan individu. Hal ini termasuk menyerukan berbagai sektor seperti industri, transportasi dan rumah tangga untuk menerapkan perubahan gaya hidup berkelanjutan.

Hari ini, laman IQAir yang terakhir diperbarui pada pukul 11.00 WIB melaporkan kualitas udara di Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif.

IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada 140 titik dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2.5 sebesar 51,3 mikrogram/m3, angka yang mewakili 10,3 kali lipat nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours