Prancis desak Iran hindari peningkatan eskalasi militer di kawasan

Estimated read time 2 min read

JENEWA (ANTARA) – Prancis pada Rabu mendesak Iran agar melakukan segala cara untuk menghindari eskalasi militer baru di kawasan Timur Tengah.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keprihatinan serius mengenai peningkatan ketegangan di kawasan itu melalui panggilan telepon dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Prancis.

Macron meminta Pezeshkian untuk “melakukan segala kemungkinan untuk menghindari eskalasi militer baru, yang tidak akan menguntungkan siapa pun, termasuk Iran, dan secara permanen merusak stabilitas regional.”

Logika balas dendam harus ditinggalkan, dan penduduk sipil harus dilindungi, kata Macron.

Presiden Prancis mengatakan, dia memberikan pesan yang sama kepada semua pihak di kawasan yang dihubunginya, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Kepada Netanyahu, Macron meminta pemimpin Israel untuk menghindari “lingkaran pembalasan” dalam konflik Timur Tengah, menurut Sputnik.

Dia menegaskan kembali posisi Perancis untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza dan menolak keras segala eskalasi dengan Lebanon, menurut pernyataan itu.

Israel berada dalam siaga militer tinggi atas kemungkinan serangan dari Iran menyusul pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Teheran pekan lalu.

Meski Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan pembunuhan Haniyeh, Tel Aviv tidak membenarkan atau menyangkal tanggung jawab.

Kelompok Hizbullah Lebanon juga mengancam akan membalas Israel setelah komandan utamanya Fuad Shukr tewas dalam serangan udara di pinggiran Beirut pada 30 Juli.

Eskalasi ini terjadi di tengah serangan Israel yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak konflik lintas batas dengan kelompok Palestina Hamas pada Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Hampir 40.000 warga Palestina telah terbunuh sejak Israel menyerang Gaza, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 91.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel di Gaza, wilayah kota tersebut telah hancur akibat pembatasan ketat terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel telah dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkan Israel untuk segera mengakhiri operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota itu diserang pada tanggal 6 Mei. .

Sumber: Anadolu

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours