Presiden Joe Biden Setujui Strategi Nuklir Rahasia, Seperti Apa Gambarannya?

Estimated read time 2 min read

Washington – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mendukung strategi nuklir rahasia untuk menghalangi Rusia, China, dan Korea Utara.

Hal ini dilaporkan oleh New York Times (NYT) mengutip pejabat Pentagon dan Dewan Keamanan Nasional yang tidak disebutkan namanya.

Dokumen tersebut – “Pedoman Penggunaan Senjata Nuklir” – diadopsi pada bulan Maret, yang merupakan pertama kalinya doktrin nuklir AS berfokus pada kemampuan nuklir Beijing yang berkembang pesat.

Menurut NYT, dokumen tersebut diperbarui kira-kira setiap empat tahun dan sangat rahasia sehingga tidak ada salinan digitalnya.

Penjabat Asisten Menteri Kebijakan Luar Angkasa Bipin Narang mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa Biden “baru-baru ini mengeluarkan panduan terbaru tentang penggunaan senjata nuklir untuk meminta pertanggungjawaban banyak musuh bersenjata nuklir.” Peningkatan persenjataan nuklir Tiongkok tidak “diantisipasi atau diperhitungkan” oleh AS selama perencanaan nuklirnya beberapa dekade lalu, tambahnya.

Ketika ditanya tentang laporan NYT, juru bicara Gedung Putih Sean Savett mengatakan, “Pedoman yang dikeluarkan awal tahun ini bukan sebagai tanggapan terhadap organisasi, negara, atau ancaman mana pun.”

Pada tahun 2023, Pentagon memperkirakan bahwa Tiongkok akan melipatgandakan persediaan senjata nuklir operasionalnya menjadi lebih dari 1.000 pada tahun 2030, “yang sebagian besar akan dikerahkan pada tingkat kesiapan yang tinggi.”

Menurut perkiraan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, AS saat ini memiliki 5.550 hulu ledak, sementara Rusia memiliki 6.255 hulu ledak.

Revisi strategi nuklir ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan sekutu NATO-nya di satu sisi dan Tiongkok dan Rusia yang saling tuduh atas Ukraina dan Taiwan di sisi lain. Washington juga marah atas peningkatan uji coba rudal balistik Korea Utara.

Baik Moskow maupun Beijing menuduh AS mengobarkan konflik di seluruh dunia dan berusaha memaksakan kehendaknya pada negara lain. Awal bulan ini, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok Kolonel Senior Zhang Xiaogang mendesak AS dan sekutunya untuk “meninggalkan mentalitas Perang Dingin mereka”.

Saat berkunjung ke Tiongkok pada bulan Mei, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa “kemitraan strategis” antara Moskow dan Beijing “tidak ditujukan terhadap siapa pun”.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours