Presiden sebut persoalan hak cipta seniman jadi “PR” besar

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Presiden Joko Widodo menggambarkan persoalan hak cipta artis sebagai “pekerjaan rumah” besar yang perlu diselesaikan.

Hal itu diungkapkan Jokowi dalam pidatonya saat peluncuran digitalisasi pelayanan perizinan penyelenggara acara, di Jakarta, Senin.

“Tugas (tugas) kita masih banyak, setelah ini (fasilitasi perizinan) selesai, tugas kita juga bagaimana memastikan hak cipta bisa berdampak pada seniman, pencipta lagu dan lain-lain,” kata Presiden.

Ia menegaskan, karya seniman yang digunakan dalam sebuah acara harus menjamin efeknya dirasakan oleh seniman itu sendiri.

“Kalau banyak acara tapi efeknya tidak pada komposer atau artisnya, maka tidak akan berdampak baik juga pada artis kita,” ujarnya.

Pada kesempatan Digitalisasi Pelayanan Perizinan Penyelenggara Acara, Presiden mengapresiasi kehadiran Online Single Submission (OSS) yang merupakan sistem perizinan terintegrasi yang memudahkan dalam memperoleh perizinan.

Presiden juga berharap digitalisasi perizinan yang akan diluncurkan tidak hanya berupa halaman web layanan saja, namun dapat mempermudah pengurusan perizinan secara efektif.

Presiden mencontohkan beberapa contoh komplikasi perizinan yang terjadi saat penyelenggaraan event di Indonesia, seperti MotoGP Mandalika dan konser musik internasional grup musik Coldplay.

Ia juga menyinggung kesediaan musisi Taylor Swift untuk tampil di Singapura, diyakini karena kecepatan, kemudahan akses izin, dan keamanan di negara tersebut.

“Kita tahu Taylor Swift (konser) diadakan di Singapura pada Maret lalu. Diselenggarakan selama enam hari di Singapura, dan Singapura satu-satunya negara ASEAN yang menjadi tuan rumah,” ujarnya.

Presiden meyakini lebih dari separuh penonton konser Taylor Swift di Singapura adalah orang Indonesia.

Karena kalau kita lihat fans Taylor Swift di Spotify ada 2,2 juta orang di Indonesia, ujarnya.

Kedatangan penonton Indonesia ke Singapura untuk menyaksikan penampilan Taylor Swift, kata dia, membuat uang Indonesia mengalir ke Singapura.

Akibatnya, Indonesia kehilangan potensi arus kas, tidak hanya untuk pembayaran tiket, tapi juga pembayaran hotel, konsumsi, dan transportasi.

“Kenapa selalu Singapura yang menyelenggarakannya? Ya, karena kecepatan servisnya, mendatangkan artis-artis tersebut. (Serta) dukungan pemerintah termasuk kemudahan akses, keamanan dan lain-lain, ”ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours