Profil Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Iran yang Tak Sabar Serang Israel Lagi

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, mengatakan negaranya menunggu kesempatan untuk menyerang Israel secara langsung.

Hal ini terjadi pasca serangan rudal dan drone Iran ke Israel pada April lalu.

Hajizadeh mengatakan hal ini dalam pertemuan dengan anggota keluarga mereka yang tewas akibat pendudukan brutal Israel di Jalur Gaza di Teheran.

Meski belum dapat dipastikan waktunya, pihaknya berharap dapat melancarkan Operasi Janji Sejati 2, tindak lanjut serangan April lalu yang diberi nama Operasi Janji Sejati.

Profil Jenderal Amir Ali Hajizadeh

Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh adalah salah satu komandan militer tertinggi Iran. Dia saat ini menjabat sebagai komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC-AF).

Menurut IranWatch, pada tahun 2009, Amir dipromosikan menjadi komandan pasukan kedirgantaraan IRGC. Masa jabatannya yang panjang merupakan indikasi kepercayaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terhadap kemampuannya.

Menurut berbagai sumber, ia lahir di Teheran pada tahun 1961-1962. Sedangkan orang tuanya berasal dari Karaj.

Setelah Revolusi Islam 1979 dan dimulainya perang Iran-Irak, Hajizadeh bergabung dengan IRGC. Saat itu, ia menjadi penembak jitu dan bergabung dengan divisi artileri.

Selama perang, karena keahliannya, Hajizade diangkat menjadi kepala divisi artileri IKK dan wakil komandan rudal darat. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seseorang yang mengubah jalan hidupnya, yaitu Hasan Tehrani Moghadam.

Sebagai informasi, Moghaddam merupakan komandan program rudal Korps Garda Revolusi Iran pada tahun 1983 dan merupakan pionir pengembangan rudal Shahab. Dia juga menjadikan Hajizadeh sebagai pelindungnya.

Pada bulan September 1985, IRGC-AF didirikan sebagai Angkatan Udara Sepah. Sekitar tahun 1986, Hajizadeh ditugaskan ke Korea Utara untuk mengumpulkan informasi tentang teknologi rudal.

Bersamaan dengan penunjukan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi, Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran telah mengembangkan unit militer dan pangkalan rudal di sekitar Iran.

Selama periode ini, dilaporkan bahwa Hajizade menandatangani kontrak terkait pembangunan fasilitas nuklir rahasia bawah tanah di Farchin.

Seiring berjalannya waktu, peran Hajizade semakin meluas. Pada pertengahan tahun 2000-an, Hajizadeh diangkat menjadi Komandan Pertahanan Udara SEPAH.

Pada tahun 2009, Panglima Tertinggi SEPAH melakukan reorganisasi Angkatan Udara. Momen ini ditandai dengan munculnya Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC-AF).

Setelah memimpin SEPAH, karir Hajizade hampir konsisten dengan para pendahulunya. Namun setelah gilirannya, serangkaian insiden terjadi.

Misalnya, pada November 2011, terjadi ledakan di pangkalan militer dekat Bidgane yang menewaskan Hassan Tehrani Moghadam. Peristiwa seperti ini mungkin merupakan provokasi yang dilakukan Israel.

Terlepas dari perkembangan ini, IIKK-AF semakin berani di bawah kepemimpinan Hajizadeh. Mereka mulai melancarkan serangan yang lebih besar dari sekedar retorika dan kemajuan teknologi.

Misalnya, SEPAH-AF memainkan peran penting dalam serangan balasan terhadap ISIS di wilayah Deir ez-Zor, Suriah. Pada tahun 2019, pasukan yang dipimpin oleh Hajizade menembak jatuh sebuah pesawat pengintai Amerika di Teluk Persia.

Demikian gambaran profil Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Pasukan Dirgantara IRGC, yang sangat ingin menyerang Israel lagi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours