Profil Khaled Mashal, Tokoh Pengasingan Hamas yang Pernah Diracun Israel

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Khaled Mashal merupakan anggota senior Hamas. Dia selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan agen Mossad, badan intelijen Israel.

Nama Mashal kembali muncul setelah meninggalnya Ismail Haniyeh di Teheran, Iran. Mashal diperkirakan menjadi salah satu kandidat kuat pengganti Haniyeh sebagai kepala biro politik Hamas.

Jika memang terpilih, Mashal akan kembali ke jabatan semula. Sekadar informasi, Mashal menjabat sebagai Kepala Kantor Politik Hamas pada 1996-2017.

Profil Khaled Mashal

Khaled Mashal lahir di Silwad, Tepi Barat, pada tahun 1956. Kini usianya sekitar 68 tahun.

Mengutip laman CFR, Selasa (6/8/2024), Mashal banyak menghabiskan waktunya di luar wilayah Palestina. Pada tahun 1967, keluarganya pindah ke Kuwait setelah rumah mereka di Tepi Barat diduduki oleh Israel.

Pada usia 15 tahun, Mashal menjadi anggota Ikhwanul Muslimin di Kuwait. Di sana, ia juga belajar fisika di Universitas Kuwait dan mendirikan kelompok mahasiswa bernama “Daftar Kanan Islam”.

Ketika Hamas muncul pada tahun 1987, Mashal masih berada di Kuwait. Namun, dia segera turun tangan.

Setelah invasi Kuwait oleh Irak pada tahun 1990, Meshal pindah ke Yordania. Saat berada di sana, ia dipercaya menjadi pimpinan cabang Hamas.

Sekitar tahun 1999, Mashal dipenjarakan dan dideportasi dari Yordania. Hal ini terjadi setelah Raja Abdullah II dari Yordania menutup kantor Hamas di pemerintahan.

Setelah itu, Mashal menghabiskan hampir dua tahun di Doha, Qatar. Saat itulah ia harus meninggalkan keluarganya dan pindah ke Damaskus, Suriah.

Pada tahun 1996, Mashal diangkat sebagai kepala kantor politik Hamas. Hal ini menjadikannya salah satu orang terpenting dalam kepemimpinan Hamas.

Namun Mashal kerap bekerja di luar Palestina. Sering disebut sebagai “pengasingan”, wilayah di luar Palestina ini dipilih karena Israel pada saat itu sedang berusaha menghilangkan populasi utama Hamas di Jalur Gaza.

Akibatnya, banyak tokoh Hamas terpaksa mencari “tempat aman” untuk menghindari serangan Israel. Hal ini serupa dengan Ismail Haniyeh yang lama tinggal di Qatar sebelum meninggal di Teheran.

Saat berada di Yordania pada tahun 1997, Mashal menghadapi upaya pembunuhan dari badan intelijen asing Israel, Mossad. Saat itu, salah satu telinganya dipenuhi cairan beracun.

Beruntung Mashal berhasil selamat. Raja Hussein dari Yordania menangkap agen Mossad yang bertanggung jawab dan mengancamnya dengan obat penawar.

Setelah pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin terbunuh dalam serangan udara pada Maret 2004, Israel mengeksekusi penggantinya, Abdel-Aziz Al-Rantissi. Setelah itu, Mashal dipercaya mengambil alih kepemimpinan Hamas.

Meski berpengaruh, Mashal sendiri kerap berselisih dengan tokoh senior Hamas lainnya. Salah satu alasannya adalah ingin mendorong rekonsiliasi dengan Presiden Mahmoud Abbas yang memimpin Otoritas Palestina (PA).

Terakhir, Mashal mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai salah satu pemimpin Hamas akibat tekanan tersebut pada tahun 2017. Saat itu, wakilnya di Gaza, Ismail Haniyeh, ditunjuk sebagai kepala kantor politik Hamas.

Saat ini, keberadaan Khaled Mashal belum diketahui. Namun namanya kembali mencuat pasca pembunuhan Ismail Haniyeh di Iran pada Rabu lalu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours