Psikolog bagikan tips mencegah kesedihan pada anak usai liburan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Sasakhya Auliya Prima M.PSI, psikolog klinis anak lulusan Universitas Indonesia, berbagi tips agar anak tidak merasa sedih atau kesepian usai liburan sekolah, salah satunya dengan menghadirkan kembali anak. membawa

“Biasanya pada hari libur, rangkaian aktivitas dari bangun tidur hingga tidur berbeda dengan waktu sekolah, sehingga perlahan-lahan kita menyesuaikan diri dengan rutinitas,” kata Sakhkhya dalam diskusi ‘Bye Bye Post Holiday Blues’ di Jakarta. , Kamis.

Ia menjelaskan, anak-anak terkadang mengalami post-holiday blues yang dapat menimbulkan gejala seperti kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan kecemasan kronis setelah liburan.

Karena saat liburan tiba-tiba terjadi peralihan dari mode perayaan, relaksasi dan kesenangan ke kesibukan rutinitas sehari-hari.

Perasaan ini tidak berlangsung lama, namun tidak jarang Anda kesulitan mengendalikan emosi.

Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk mengembalikan rutinitas harian anak, seperti keteraturan waktu istirahat, bangun pagi dan aktivitas lainnya.

Kemudian ajaklah anak untuk berbicara mengenai kegiatan atau situasi menyenangkan di sekolah.

Orang tua dapat mengajak anak bercerita tentang berbagai kegiatan atau situasi sekolah yang seru dan menyenangkan.

Selain itu, orang tua juga harus memberikan nutrisi yang sehat dan menerapkan pola hidup sehat agar anak lebih siap lahir dan batin.

Terakhir, memberikan kesempatan berkualitas yang memadai kepada orang tua dan anak untuk mempersiapkan mentalnya menghadapi situasi baru.

“Berbelanja bisa menjadi salah satu cara untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama anak. Ajak anak untuk memilih sendiri perlengkapan sekolahnya sehingga ia bersemangat dan percaya diri untuk mendapatkan barang yang disukainya,” ujarnya.

Menghabiskan waktu berkualitas untuk berbelanja perlengkapan sekolah tidak hanya membuat anak bahagia, tetapi juga mendidik mereka dalam merencanakan kebutuhannya untuk melatih rasa tanggung jawab.

“Kalau kita mempersiapkan, kita belajar banyak. Anak-anak belajar mengendalikan diri, mengambil keputusan, menentukan prioritas, dan kesehatan mentalnya lebih stabil,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours