Pupuk Indonesia digitalisasi produksi-distribusi demi layanan efisien

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – CEO Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan pihaknya melakukan digitalisasi mulai dari produksi pupuk hingga distribusi atau distribusi ke petani di seluruh Indonesia agar lebih efektif dan tepat sasaran.

Soal digitalisasi, kami (Pupuk Indonesia) sudah melakukan digitalisasi secara end to end, mulai dari produksi hingga (distribusi) hingga kelompok tani, kata Rahmad di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) pupuk dan efektif dalam menjaga pangan nasional. keamanan, diadakan pada hari Rabu di Jakarta.

Rahmad menjelaskan, dengan layanan digital, ia mencontohkan pembagian pupuk bersubsidi, dimana daur ulang pupuk dapat dilakukan melalui KTP karena semua kios resmi sudah memiliki aplikasi i-Pubers (pengenalan pupuk bersubsidi).

Melalui aplikasi i-Pubers, pemilik kios dapat melakukan verifikasi data dengan memindai KTP asli petani sehingga petani yang memenuhi syarat dapat dengan mudah mendapatkan dukungan pupuk.

“Saat ini kita bisa melihatnya secara real time melalui aplikasi bernama i-Pubers (pengenalan pupuk finansial). Aplikasi ini dikembangkan oleh Pupuk Indonesia dan digunakan untuk pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi,” kata Rahmad.

Bahkan, dengan i-Pubers, Pupuk Indonesia bisa melihat pembelian pupuk secara real time. Hal ini menyangkut siapa yang membeli pupuk, kapan dan di mana.

Selain itu, dengan penerapan digitalisasi, Pupuk Indonesia dapat memprediksi panen padi dalam beberapa bulan mendatang, karena dapat melihat cara penggunaan pupuk yang membantu tanaman.

“Karena semua sudah digital, kita jadi tahu banyak sekarang, kita sekarang punya big data yang membantu kita melihat hasil panen dalam tiga bulan ke depan, karena kita bisa melihat siapa yang melakukan pemupukan dan siapa yang tidak. ‘t. Pupuk,’ jelasnya.

Pupuk Indonesia melakukan digitalisasi pada 27.031 kios pupuk binaan di seluruh Indonesia agar distribusi lebih efisien dan tepat sasaran.

Selain itu, dengan menerapkan sistem digital, setiap masyarakat dapat dengan cepat mengetahui besaran dana yang diterimanya atau terhindar dari permohonan pupuk palsu.

“Tapi yang istimewa, karena sudah digital, ditemukan hampir separuh dari 14,5 juta petani yang mengumpulkan pupuk kandang belum juga mengumpulkannya,” kata Rahmad.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours