Puskesmas tawarkan pemeriksaan kanker serviks praktis lewat “Amathea”

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Puskesmas Menteng, Jakarta Pusat menawarkan pemeriksaan visual asam asetat (IVA) untuk deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan alat pemeriksaan YES (Amathea) yang dinilai lebih praktis bagi tenaga medis.

“Sebelumnya ujian IVA ribet, bawa tempat tidur besar, skernya harus dibawa, lalu kita tanya bagaimana caranya agar lebih mudah jika kita ke RW atau lingkungan sekitar,” kata perawat dari Puskesmas Menteng, Resza Putri dalam acara sampingan “Jakarta” Innovation Days” (JID) Expo 2024″ di Jakarta, Selasa.

Tempat tidur pasien dengan perlengkapan yang diperlukan, seperti sekat (tirai pembatas ruangan), lampu depan, bangku dan lain-lain, dapat dipermudah dengan pemberian warna dominan merah jambu.

Alat tersebut diperkenalkan ke pasaran pada tahun lalu dan sekilas tampak seperti kursi yang dimodifikasi untuk dilengkapi sejumlah perangkat guna mendukung penelitian.

Memiliki alat ini memudahkan navigasi di komunitas sehingga lebih banyak perempuan dapat dites. “(Peralatannya bisa) dibawa APV, ambulans. Biasanya kami langsung mendatangi Posbind atau Posyand. Sebulan dua kali,” kata Resza.

Alat skrining tes IVA (Amathea) tersebut dipamerkan di stand Puskesmas Kabupaten Menteng di sela-sela acara Jakarta Innovation Days (JID) Expo 2024 di Jakarta pada Selasa (1/10/2024). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Tes IVA dilakukan untuk mengidentifikasi kanker serviks secara dini, sehingga jika terdeteksi sejak dini, dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan sejak dini.

Tes ini dianjurkan bagi wanita yang pernah melakukan hubungan intim (seksual), mengalami infeksi menular seksual, dan belum mengalami menopause.

Bagi wanita yang menjalani pemeriksaan jika sedang menstruasi, sebaiknya dibatasi pada flek atau hari-hari terakhir menstruasinya. Dulu, perempuan diminta untuk tidak berhubungan seks dua kali dalam 24 jam, namun kini tidak lagi berlaku.

“Karena saya khawatir yang dikumpulkan bukan swab vagina, melainkan air mani. Tidak masalah sekarang, sampai dibersihkan,” ujarnya.

Saat ini, dokter dari Puskesmas Menteng, Dr. Kiki, paramedis kini bisa membedakan sperma dari cairan serviks.

Kiki mengatakan, warga tidak perlu merogoh kocek untuk melakukan tes ini karena Puskesmas tidak mengeluarkan biaya untuk pemeriksaan IVA. Dia kemudian merekomendasikan agar perempuan menjalani tes IVA setidaknya setahun sekali.

Warga Jakarta atau pekerja kantoran yang ingin mengikuti ujian IVA dapat menyurati Puskesmas. Petugas akan merencanakan pemeriksaan dan membawa peralatan ke lokasi.

Ujian IVA memakan waktu sekitar 10-15 menit dan hanya menimbulkan ketidaknyamanan. Terkadang ibu masih mengalami trauma saat melahirkan, merasakan hal yang sama seperti setelah dimasukkannya spekulum (alat untuk memeriksa leher rahim).

“Meski tidak demikian, kami menggunakan alat kecil sekali pakai (dikeluarkan setelah sekali pakai). Kami hanya menjelaskan bahwa itu sedikit tidak nyaman, bukannya tidak sakit,” ujarnya.

Berdasarkan data, pada Januari hingga September 2024, terdapat sekitar 970 perempuan yang menjalani tes IVA. Diakui Kiki, jumlah tersebut masih jauh dari target Puskesmas Menteng sebanyak 14.000 perempuan dalam tiga tahun.

“Masih jauh dari target, tapi sudah ada perbaikan. Puskesmas Menteng mempunyai prestasi yang membanggakan. Tahun 2022 menjadi yang tertinggi di DKI. Target tiga tahunnya sekitar 14.000 di Menteng saja,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours