Putu BKSAP: Forum Parlemen Indonesia-Pasifik Dorong Konsep Blue Economy

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Sidang kedua Kemitraan Parlemen Indonesia-Pasifik (IPPP) di Senayan, Ibu Kota, Jakarta Pusat, mengambil langkah maju dalam memperkuat konsep ekonomi biru karena kedua negara merupakan negara kepulauan yang dikelilingi laut. Hal itu diungkapkan Putu Supadma Rudana, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Parlemen (BKSAP) DPR.

Dikatakannya, tema yang dibawakan pada forum ini adalah ‘Kohesi untuk Pembangunan: Membangun Integrasi dan Pembangunan Daerah’. “Kita tahu Indonesia adalah negara kepulauan, dan Samudera Pasifik adalah negara yang dikelilingi pulau-pulau. 2/3 daratan Indonesia ditutupi oleh laut. Kekuatan lautan, potensi blue economy sangat besar. Putu mengatakan, “Keanekaragaman laut karena melimpah.”

Kedua, segala kemampuan dan kekayaan melimpah. Keindahan alam lautan kita melimpah. Jadi kemungkinan pertama terkait ketersediaan pangan. Putu yang juga anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) for Sustainable Development , mengatakan, “Kita harus menjaga lautan kita, ekonomi biru sangat penting karena ada potensi penangkapan ikan di sana.”

Ia mengatakan peluang pertanian dan pariwisata pesisir juga penting dalam membangun kemitraan ekonomi biru. Dikatakannya, perekonomian yang terdiri dari ekonomi biru akan menjadi luar biasa. Karena biasanya negara-negara di sekitar lautnya sangat indah.

Bayangkan, Indonesia punya Raja Ampat, Labuan Bajo, Pulau Komodo dan Bali serta pulau-pulau lainnya. Pasifik juga sangat indah. Jadi destinasi dan peluang wisatanya banyak. Apalagi potensi laut tidak hanya penting dari segi pasokan pangan. Seperti kita ketahui, banyak sekali spesies di lautan ini yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan pangan kita. “Oleh karena itu, kita harus menjaga kelestarian laut kita.”

Putu mengatakan, ke depan harus ada pembangunan ekonomi yang baik. Oleh karena itu, peluang ini harus digarap untuk pengembangan ekonomi dan kebutuhan masyarakat. “Bagaimanapun kita juga harus menjaga kelestariannya (pemeliharaan atau perawatannya) dan melestarikannya selamanya untuk generasi mendatang,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurut Putu, konsep ekonomi biru merupakan konsep penting bagi negara kepulauan dan patut diadaptasi. Diakuinya, upaya pemerintah melakukan hal tersebut karena DPR ingin terus memperkuat perannya. Misalnya, peran Parlemen adalah membuat peraturan untuk mendorong ekonomi biru.

“Bagaimana kalau memastikan anggarannya, visi kita adalah meyakinkan pemerintah bahwa sistem ekonomi biru akan memberikan kesejahteraan bagi setiap negara, baik Indonesia maupun negara-negara Pasifik tidak bisa hanya menggunakan kebijakan, kita harus membangun kapasitas, kita harus memperbaiki cara kita mengelola lautan kita,” ujarnya.

Yang terpenting adalah tetap memperhatikan isu perubahan iklim, katanya, karena laut berpotensi mendeteksi permasalahan terkait iklim. Oleh karena itu, bagaimana melihat potensi laut, ada piring di tengahnya untuk memahami rencana ke depan. Tentu harus dibentuk misi khusus untuk meneliti lautan Indonesia dan Pasifik, itu sangat penting, kata anggota DPR asal Bali itu.

Terkait isu perubahan iklim, mitigasi dan adaptasi, kata dia, komitmen sebesar $100 miliar per tahun pada tahun 2020 harus dipenuhi atau dicapai oleh negara maju dan negara kaya. Lebih lanjut dia mengatakan, jika dihitung sampai saat ini maka bisa mencapai sekitar 500 miliar dolar AS.

“Pada COP28 di Dubai, permintaannya bukan miliaran dolar AS, tapi triliunan dolar AS. Jadi bayangkan berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, negara-negara maju harus berani, karena dampak nyata akan segera dirasakan oleh negara-negara Pasifik. Suhu global kemungkinan akan meningkat, dan permukaan air laut akan naik. “Tentu ini kita perjuangkan bersama-sama,” ujarnya.

Dalam forum tersebut, Putu menyampaikan bahwa Parlemen Indonesia dan Pasifik ingin melihat keputusan bersama untuk melawan perubahan iklim dalam pertemuan internasional, salah satunya adalah COP29 yang akan membahas isu perubahan iklim yang ternyata merupakan perubahan iklim. .

“Kami mengajukan mosi ke pertemuan IPU (Persatuan Antar Parlemen) untuk membahas bencana ini, tindakan ini untuk melemahkan janji negara-negara maju untuk memenuhi janji yang telah mereka buat, dan kami akan mengambilnya terlebih dahulu.” Parlemen Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Dan ditegaskan di PBB bahwa GA (Majelis PBB) PBB memutuskan bahwa isu yang paling penting adalah isu perubahan iklim yang harus ditangani bersama, mendesak dan harus segera diselesaikan,” ujarnya. .

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours