Radar China Deteksi Gelembung Plasma di Atas Piramida Giza

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Radar Tiongkok berhasil mendeteksi gelembung plasma di atas piramida Mesir dan Kepulauan Midway dari jarak ribuan kilometer. Gelembung plasma khatulistiwa adalah peristiwa cuaca yang tidak biasa di wilayah lintang rendah yang disebabkan oleh hilangnya partikel bermuatan secara tiba-tiba di ionosfer, lapisan atmosfer atas bumi.

Gelembung-gelembung ini, yang lebarnya bisa mencapai ratusan kilometer, mengganggu sinyal GPS dan mengganggu komunikasi satelit.

South China Morning Post melaporkan pada Senin (9/9/2024) bahwa dengan menggunakan LARID, radar ionosfer jarak jauh yang dibangun di Hainan tahun lalu, Tiongkok menjadi negara pertama yang mendeteksi gelembung plasma di radar.

Pada tanggal 27 Agustus, Institut Geologi dan Geofisika, bagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, membagikan hasil penemuan gelembung plasma terbesar yang pernah tercatat di situs webnya.

Radar menangkap pergerakan gelembung plasma secara real-time yang disebabkan oleh badai matahari. Gelembung plasma yang disebabkan oleh badai matahari terlihat di radar Tiongkok pada tanggal 4-6. terlihat pada bulan November tahun lalu, dengan gema terjauh terdeteksi di Afrika Utara dan Pasifik tengah. Dengan menganalisis sinyal-sinyal ini, para ilmuwan dapat mengamati pembentukan gelembung secara detail dan melacak pergerakannya secara real time.

Di Pulau Hainan di ujung selatan daratan Tiongkok, radar LARID memiliki jangkauan deteksi 9.600 km, setara dengan jarak Hawaii di timur atau Libya di barat.

Radar konvensional kesulitan mendeteksi target di bawah cakrawala karena kelengkungan bumi. LARID mengatasi hal ini dengan memancarkan gelombang elektromagnetik berkekuatan tinggi yang memantul antara ionosfer dan Bumi, sehingga menempuh jarak yang sangat jauh.

Ketika gelombang ini bertemu dengan gelembung plasma, sebagian sinyal dipantulkan kembali dan ditangkap oleh rangkaian antena LARID. Beroperasi pada pita frekuensi 8-22 MHz, LARID memiliki dua subsistem radar, satu menghadap ke timur dan satu lagi menghadap ke barat, masing-masing dengan 24 antena penerima.

Radar menggunakan sistem array bertahap digital sepenuhnya, yang memungkinkan penyesuaian frekuensi deteksi, jangkauan, area pemindaian, dan pengaturan radar secara real-time sesuai kebutuhan.

Jangkauan deteksi LAID meningkat tiga kali lipat dalam waktu kurang dari enam bulan. Awalnya, jangkauan deteksi LAID adalah 3000 km. Namun, dengan pengalaman operasional dan teknologi canggih seperti pengkodean sinyal baru dan model simulasi geofisika, kinerjanya telah meningkat pesat. Dalam waktu enam bulan, jangkauan deteksi maksimum meningkat tiga kali lipat.

Ilmuwan Tiongkok telah mengusulkan pembangunan tiga hingga empat radar over-the-horizon tambahan mirip LARID di lintang rendah di seluruh dunia untuk menciptakan jaringan pemantauan gelembung plasma khatulistiwa secara real-time dan berkelanjutan.

Karena resolusinya yang rendah, LARID tidak cocok untuk mendeteksi sasaran militer seperti pesawat terbang atau kapal perang. Namun, menurut laporan resmi media Tiongkok, militer Tiongkok telah mengerahkan radar jauh di atas cakrawala dengan teknologi serupa yang berhasil mendeteksi sasaran, termasuk jet tempur F-22.

Selain itu, kapal perang baru Tiongkok, termasuk kapal perusak Type 055, dilengkapi dengan radar yang dapat mendeteksi pesawat siluman menggunakan panjang gelombang yang menembus pakaian siluman, sehingga berpotensi mencapai jangkauan deteksi ratusan kilometer.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours