Raih Gelar Doktor dengan IPK 4 di FIK UI, Eka Mahasiswa Pertama yang Lulus 2,5 Tahun

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Eka Budiarto mengukir sejarah baru di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (FIK HÍ) sebagai mahasiswa pertama yang menyelesaikan gelar doktor hanya dalam waktu 2,5 tahun. Eka mendapat gelar summa cum laude dengan IPK sempurna 4,00.

Prestasi tersebut diraih berkat tesisnya yang mengembangkan model adaptasi psikososial perawatan kejiwaan terhadap kerabat pasien skizofrenia di daerah terdampak banjir.

Baca juga: FIK UI Terbaik di Indonesia Menurut EduRank 2023

Kesuksesan Eka menjadi bukti bahwa latar belakang sederhana tidak menyurutkan semangat seseorang untuk menempuh pendidikan tinggi. Lahir dari keluarga sederhana di Pekalongan dengan orang tua yang hanya mengenyam pendidikan dasar, Eka tetap bertekad untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang setinggi-tingginya.

Setelah menyelesaikan studi sarjananya, Eka bercita-cita menjadi asisten profesor dan saat ini bekerja di Universitas Muhammadiyah di Pekajangan Pekalongan.

Baca Juga: Raih IPK 3,93 di FEB UGM, Calon Unggulan Ini Hadapi Tantangan Bangun Percaya Diri

“Kesempatan menjadi dosen menjadi penyemangat bagi saya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Meski jalannya tidak mudah, saya selalu yakin bahwa dengan usaha, doa dan dukungan dari keluarga dan sahabat, apapun bisa tercapai.” tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang,” kata Eka.

Disertasinya yang berjudul “Model Adaptasi Psikososial Psikiatri Keperawatan Keluarga Menuju Efektivitas dan Ketahanan dalam Perawatan Skizofrenia di Dataran Banjir” memberikan kontribusi besar dalam bidang keperawatan.

Baca Juga: Kisah Kenny, Wisudawan Terbaik ITS Raih IPK 3,96 dan Lulus dalam 3,5 Tahun

Dibimbing oleh manajer proyek Dr. Mustikasari dan Sali Rahadi Asih, co-produser, dan Prof. Dr. Besral Eka mengembangkan model yang dirancang untuk meningkatkan efikasi diri keluarga dan ketahanan mental dalam perawatan pasien skizofrenia di daerah bencana.

Eka menjelaskan, kondisi skizofrenia di wilayah terdampak banjir memerlukan perhatian khusus. Kombinasi dari banjir yang berulang dan beban mental pasien skizofrenia menciptakan tantangan psikososial yang lebih besar. “Keluarga yang merawat penderita skizofrenia menghadapi dua tantangan besar, yaitu kesehatan mental pasien dan bencana alam yang berulang,” kata Eka.

Model yang dirancang Eka mengintegrasikan Model Adaptasi Roy dan Teori Promosi Kesehatan Model Pender yang fokus pada peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat keluarga. Tujuannya adalah untuk membuat mereka lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan dalam mengasuh anak, memperkuat hubungan keluarga, dan mengelola dukungan sosial dan emosional.

Baca Juga: Kisah Irfan Maulana, Unpad Lulus dengan IPK 3,98 dan Belajar Baru 3,5 Tahun

“Pembinaan keluarga terbukti meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, yang pada akhirnya memperkuat ketahanan mental mereka dalam menghadapi skizofrenia dan banjir.” “Saya berharap model ini dapat bermanfaat bagi keluarga yang merawat pasien di lokasi bencana,” lanjut Eka.

Eka juga berharap temuannya dapat menjadi acuan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dan BNPB dalam merumuskan kebijakan pelayanan kesehatan jiwa saat bencana.

“Model adaptasi ini dapat menjadi sarana edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak pasang surut dan cara mengelolanya secara mandiri,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours