Retno bicara peran Indonesia sebagai mediator perdamaian di Oslo Forum

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Selasa di Forum Oslo di Norwegia membahas peran Indonesia sebagai perantara perdamaian.

Pada pertemuan pembukaan, beliau berbicara dengan Perdana Menteri Norwegia, Presiden Somalia dan Perdana Menteri Qatar.

Retno mengatakan dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI bahwa “Undangan untuk berpartisipasi dalam sidang terbuka ini merupakan pengakuan atas peran aktif Indonesia dalam mendorong perdamaian internasional.”

Para peserta sesi berbicara tentang tantangan yang dihadapi oleh mediator dalam kondisi konflik dan perang yang semakin berkembang dan kompleks.

“Dalam diskusi tersebut saya antara lain menyampaikan bahwa tidak semua negara bisa menjadi mediator, namun semua bisa berkontribusi dalam terlaksananya perdamaian dan terciptanya situasi yang menguntungkan,” kata Retno.

“Itulah sebabnya saya mengusulkan untuk memperluas diskusi tidak hanya pada ‘mediasi terhadap segala hambatan’ tetapi pada ‘mediasi dan perdamaian melawan segala perbedaan’,” ujarnya.

Retno menegaskan, jumlah konflik dan perang tidak berkurang dari tahun ke tahun, namun justru meningkat.

Misalnya, tahun lalu tidak ada perang di Gaza, namun tahun ini lebih dari 36.000 orang, setengahnya adalah anak-anak, terbunuh di Wilayah Palestina.

“Upaya mencapai perdamaian tidaklah mudah. ​​Terkadang pihak-pihak yang berkonflik tidak mau atau tidak mampu berdamai. Mereka menganggap perdamaian berarti menyerah. Oleh karena itu, kita harus membujuk semua pihak, terutama pihak yang bertikai, untuk meninggalkan zero- pendekatan sum,” kata Retno.

Ia menjelaskan, sifat konflik juga semakin kompleks karena dipengaruhi oleh politik dalam negeri dan persaingan geopolitik.

Saat itu, kata Retno, konflik biasanya muncul karena adanya perbedaan pendapat mengenai suatu permasalahan yang sama.

Namun seiring berjalannya waktu, hal ini menjadi lebih kompleks karena tidak hanya terdapat perbedaan permasalahan tentunya, namun juga dipengaruhi oleh politik dalam negeri dan persaingan geopolitik.

“Saya juga menekankan pentingnya menghormati hukum internasional dalam keterlibatan kita dalam segala upaya penyelesaian konflik,” kata Retno.

Ia juga menekankan pentingnya penguatan sistem multilateral untuk mewujudkan perdamaian, mengingat sistem multilateral yang ada saat ini sudah tidak mampu lagi menyelesaikan konflik secara efektif.

“Kami memahami bahwa mediasi selalu memakan waktu lama. “Dan saya jelaskan sambil menunggu hasil mediasi, banyak hal yang bisa kita lakukan, misalnya untuk Palestina,” kata Retno.

Menurutnya, ada dua hal penting yang bisa dilakukan masyarakat internasional, yakni memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan mempersiapkan Palestina menjadi sebuah negara, termasuk melalui pengakuan dan keanggotaan penuh di PBB.

“Dalam konteks ini, saya berterima kasih kepada Norwegia atas keputusan mengakui Palestina pada 28 Mei. Dan ketika saya berbicara tentang pengakuan Palestina, semua hadirin bertepuk tangan,” kata Retno.

Oslo Forum adalah forum tahunan di mana broker dan dealer dari berbagai negara diundang oleh Norwegia.

Tahun ini konferensi tersebut akan bertajuk “Mediasi Melawan Segala Hambatan”.

Topik ini dinilai sangat penting sehubungan dengan terus meningkatnya konflik dan perang di dunia, termasuk di Gaza dan Ukraina.

Ini merupakan keempat kalinya Menlu Indonesia diundang ke Forum Oslo. Hal ini didasarkan pada pertimbangan peran aktif Indonesia juga dalam permasalahan Myanmar, Afghanistan, dan Palestina.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours