Retno: Troika perlu diperkuat untuk implementasi Konsensus Lima Poin

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan pentingnya penguatan mekanisme troika, khususnya implementasi Perjanjian Lima Poin ASEAN untuk membantu menyelesaikan krisis di Myanmar.

Pernyataan itu disampaikannya dalam pertemuan troika antara Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun lalu, Laos sebagai ketua tahun ini, dan Malaysia sebagai ketua ASEAN tahun depan – di sela-sela Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) di Vientiane, Rabu.

“Troika ini dibentuk atas inisiatif Indonesia pada masa kepemimpinan kita di ASEAN tahun lalu. Pembentukan troika ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan atau keberlanjutan upaya ASEAN membantu Myanmar keluar dari krisis, khususnya melalui implementasi Five Point Agreement, kata Retno dalam keterangan tertulisnya.

Retno menjelaskan, memburuknya situasi di Myanmar berdampak langsung pada upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, serta menekankan perlunya segera melaksanakan poin-poin perjanjian.

“Saya juga menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap meningkatnya kejahatan lintas batas, termasuk penipuan online dan perdagangan obat-obatan terlarang di wilayah tersebut. “Aktivitas ilegal seperti itu berdampak signifikan di Asia Tenggara, termasuk kejahatan ini terhadap warga negara Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, untuk menghadapi meningkatnya jumlah pengungsi di Myanmar, Retno menekankan perlunya meningkatkan jumlah bantuan kemanusiaan yang harus diberikan, termasuk kepada para pengungsi Rohingya.

“Komitmen kami terhadap pengungsi Rohingya harus tetap menjadi prioritas ASEAN,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menegaskan, pemberian dan pendistribusian bantuan kemanusiaan tidak boleh dipolitisasi oleh siapa pun di Myanmar.

Retno memaparkan data sejauh ini baru 12 persen kebutuhan kemanusiaan Tanah Air yang terpenuhi.

“Oleh karena itu, saya ingatkan bahwa pendekatan yang kuat terhadap negara donor harus dilakukan. “Saya juga menyatakan bahwa ASEAN dapat bekerja sama dan bekerja sama dengan Utusan Khusus PBB untuk Myanmar untuk memastikan distribusi bantuan efisien dan aman,” kata menteri luar negeri perempuan pertama Indonesia ini.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya dialog inklusif mengingat saat ini para pemangku kepentingan terkait di Myanmar masih belum tertarik untuk menyelenggarakan dialog inklusif.

Oleh karena itu, katanya, ASEAN harus terus meningkatkan kepercayaan dan keyakinan secara seimbang dan rendah hati.

Ia juga mengatakan ASEAN harus terus membangun narasi yang kuat berdasarkan Five Point Agreement untuk menjamin kesatuan dan integritas ASEAN, serta mendapatkan dukungan internasional terhadap ASEAN dan perjanjian tersebut.

Retno kemudian menekankan peran aktif negara tetangga dan mitra utama yang harus menjadi bagian terpadu dalam upaya ASEAN, termasuk dalam menangani berbagai dampak krisis di Myanmar.

“Seperti yang saya jelaskan tadi, munculnya kejahatan lintas negara, penipuan online, peredaran narkoba dan lain sebagainya. “Dan dalam hal ini, saya menyampaikan kesediaan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pertemuan utusan khusus Myanmar,” ujarnya.

Guna memperkuat mekanisme troika, Menlu RI menyarankan agar menlu terkait menunjuk pejabat di bawah menteri untuk memantau pertemuan troika.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours