RI dan Inggris sepakat bertukar teknologi di bidang mineral kritis

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, dan Anneliese Dodds, Sekretaris Negara untuk Pembangunan, Perempuan dan Kesetaraan Inggris, telah menandatangani Nota Kesepahaman tentang teknologi tersebut. pertukaran mineral penting dan sumber energi baru terbarukan.

“Sebenarnya ini bagian dari kelanjutan perjanjian kedua negara selama ini. Saya dan Pak Menteri sudah tanda tangan, tinggal tindak lanjutnya saja,” kata Menteri ESDM Bahlil usai penandatanganan kerja sama. sesi pada hari Rabu di JCC Jakarta.

Menteri Bahlil mengatakan, peluang kerja sama teknologi antara Indonesia dan Inggris sangat beragam, mulai dari nikel, teknologi air bawah laut, pengembangan energi angin hingga energi dari sinar matahari atau solar energy.

Indonesia juga mencari cara untuk mengurangi biaya investasi di sektor mineral penting dan energi terbarukan sehingga dapat dijual kepada masyarakat Indonesia dengan harga lebih rendah.

“Kita punya masalah di mana biaya investasi tinggi. Jika biaya investasi tinggi maka harga jualnya akan mahal bagi masyarakat. “Sekarang kami sedang mencari jalan tengah agar semuanya bisa berjalan,” ujarnya.

Anneliese Dodds, Sekretaris Pembangunan, Perempuan dan Kesetaraan Peluang Inggris, mengatakan bahwa Inggris dan Indonesia memiliki kemitraan yang kuat di masa lalu, yang diperbarui dengan Nota Kesepahaman yang baru saja ditandatangani.

Menurutnya, tujuan perjanjian tersebut adalah agar kedua negara bersama-sama memberikan peluang pertumbuhan hijau, lapangan kerja, dan peluang positif bagi masyarakat lokal.

“Nota kesepahaman ini menciptakan kerangka kolaborasi dan kerja sama antar negara kita di bidang mineral kritis. “Ini mencakup berbagai isu, komitmen bersama kita terhadap investasi, penciptaan lapangan kerja, dan memastikan masyarakat lokal mendapatkan manfaat dari mineral penting,” jelasnya.

Menteri Dodds berharap MoU tersebut bukan sekedar kemitraan bisnis strategis untuk mengembangkan dan berinvestasi pada mineral kritis di Indonesia, namun merupakan komitmen proyek atau investasi jangka panjang bagi kedua negara.

Inggris telah memberikan komitmen pendanaan sebesar USD 1,15 miliar (Rs 17,65 triliun) untuk mendukung Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) di Indonesia.

Kemitraan Inggris-Indonesia dalam Transisi Energi Rendah Karbon juga diwujudkan melalui program MENTARI, yang memberikan bantuan teknis untuk mereformasi kebijakan dan mengembangkan kerangka peraturan pasar energi guna mempercepat transisi energi dan mendorong investasi.

MENTARI mendukung pengembang dan investor proyek energi terbarukan dalam pengembangan proyek yang tidak memiliki rekening bank dan dalam menggabungkan proyek dengan investor.

Program ini sejauh ini telah memobilisasi potensi investasi sebesar £927 juta (Rs 18,7 triliun) untuk proyek energi rendah karbon di Indonesia.

MENTARI didanai dan dikelola oleh Kedutaan Besar Inggris di Jakarta dan telah beroperasi sejak Januari 2020.

Pada tahun 2023, nilai hibah skema ini akan ditingkatkan sebesar £6,5 juta (Rs 131,3 miliar) menjadi £20 juta (Rs 404 miliar), sedangkan skema tersebut akan diperpanjang selama dua tahun.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours