Riwayat Karier Politik Ismail Haniyeh, Pemimpin Senior Hamas yang Pernah Jadi Perdana Menteri

Estimated read time 3 min read

GAZA – Pemimpin senior Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan tewas dalam serangan di Iran. Informasi ini muncul menyusul pernyataan yang dikeluarkan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Jika dipikir-pikir, Haniya menjadi tokoh penting dalam kelompok Hamas. Tanpa singkatan, posisinya adalah ketua biro politik Hamas.

Mencerminkan statusnya, Haniya sering terdaftar dalam program pembunuhan dan spionase militer Israel. Berikut juga sejarah politik Ismail Haniya yang bisa Anda ketahui.

Sejarah politik Ismail Haniya

Lahir pada 29 Januari 1962, Ismail Haniyeh dibesarkan di kamp pengungsi Shatti, Jalur Gaza. Seperti anak-anak lainnya, ia menghabiskan pendidikan dasarnya di sekolah yang dikelola oleh PBB.

Tumbuh dewasa, Haniya kuliah di Universitas Islam Gaza. Semasa kuliah, ia dikenal sangat aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk bergabung dengan komunitas mahasiswa Muslim yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Selama intifada pertama, Haniya bergabung dengan Hamas dan menjadi salah satu anggota termudanya. Karena perbuatannya, ia bahkan ditangkap otoritas Israel pada tahun 1988 dan akhirnya dipindahkan ke Lebanon.

Saat Haniya kembali ke Palestina, ia mendapat sambutan hangat dari Hamas. Ia bahkan disebut-sebut diangkat menjadi pimpinan Universitas Islam.

Peran strategis Haniya di Hamas dimulai pada tahun 1997. Saat itu, ia menjabat sebagai sekretaris pribadi pemimpin spiritual Hamas, Ahmed Yassin. Oleh karena itu wajar jika dia menjadi sasaran upaya pembunuhan Israel.

Setelah kematian mantan pemimpin Hamas, Haniyeh diangkat menjadi pimpinan rahasia gabungan. Alhasil, ia mampu membawa kemenangan bagi Hamas pada pemilu parlemen tahun 2006.

Alhasil, Haniya pun berhak menjadi Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA). Namun hal tersebut mendapat respon negatif dari negara luar, khususnya Barat yang langsung menghentikan sementara bantuan kemanusiaan ke Palestina.

Pada bulan Juni 2007, Presiden Mahmoud Abbas dari partai Fatah membebaskan Haniyeh dan membubarkan pemerintahannya. Hal ini menyebabkan Hamas akhirnya mendirikan pemerintahan mandiri di Jalur Gaza.

Kemudian terjadi upaya rekonsiliasi antara Hamas di Jalur Gaza dan Otoritas Palestina (PA) pimpinan Fatah di Tepi Barat. Pada tahun 2014, tercapai kesepakatan yang menyebabkan pengunduran diri pemerintah Hamas di Gaza.

Hal ini juga mendorong Hania mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Namun, ia tetap dikenal sebagai pemimpin regional Hamas di Gaza.

Pada tahun 2017, Haniya terpilih sebagai kepala kantor politik Hamas. Dia menggantikan Khaled Meshaal.

Seiring meningkatnya posisinya di Hamas, keamanan Haniyeh juga semakin terancam. Akhirnya sekitar Desember 2019, ia meninggalkan Jalur Gaza dan mulai tinggal di negara tetangga.

Haniya kemudian terus mengontrol aktivitas Hamas dari jauh. Selama perang baru-baru ini antara Israel dan Hamas, ia juga memimpin delegasi Hamas dalam pembicaraan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

Setelah selamat dari berbagai upaya pembunuhan, Ismail Haniyeh dilaporkan meninggal di Iran baru-baru ini.

Kabar ini memang sangat mengejutkan mengingat Hania sebelumnya dianggap sebagai orang ringan yang sulit dilacak.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours