Riwayat Pendidikan DN Aidit, Khatam Alquran Sejak Kecil, Gandrung Marxisme Ketika Dewasa

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Inilah sejarah pendidikan Raja PKI atau Gerakan 30 September/G30S PKI, DN Aidit. Pria bernama asli Deepa Nusantara Aidit ini mendalangi pecahnya tragedi G30S/PKI tahun 1965 yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Santo Pancasila, 1 Oktober.

G30S/PKI merupakan peristiwa politik paling kelam yang pernah dialami masyarakat Indonesia. Setelah pemberontakan PKI gagal, anggotanya ditangkap dan dieksekusi. Nasib DN Aidit sebagai pimpinan PKI pun demikian. Ia ditangkap di Jawa Tengah dan dieksekusi di Bojolali.

Di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI disebut-sebut menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan China. Lalu siapa sebenarnya DN Aidit itu? Artikel ini mengupas latar belakang pendidikan DN Aidit, simak yuk!

Ayah adalah wujud agama, ibu adalah mulia

Dirangkum dari berbagai sumber berita, Ketua Umum Partai Komunis Indonesia D.N. Aidir lahir dengan nama asli Achmad Aidit. Ia dilahirkan di Tanjung Pandan, Belitung pada tanggal 30 Juli 1923.

Keluarga DN Aidit merupakan keluarga perantau yang tinggal di Belitung. Mereka berasal dari Sumatera Barat. Meski hanya pendatang, namun di Belitung keluarga Aidit sangat dihormati dan dikenal sebagai keluarga terpandang.

Ayah D.N Aidit dikenal dengan nama Abdullah bin Ismail. Ia dikenal sebagai tokoh agama Islam dan pelopor pendidikan Islam. Sosok ayah Aidit sangat dihormati di Belitung. Nama ibunya adalah Ayu Mylan. Ia diketahui berasal dari kalangan bangsawan, putra seorang pemilik tanah bernama Haji Ismail.

Khatam Al-Quran sejak kecil

Sejak kecil, Ketua Umum Partai Komunis Indonesia yang akrab disapa Achmad Aidit ini tumbuh di keluarga yang kuat agama Islam.

Sejak kecil ia dikenal santun dan pandai mengaji, bahkan membaca Al-Qur’an. Ia pun rajin pergi ke kuil untuk beribadah. dengan waktu

Semasa kecil, Aidit mendapat pendidikan Belanda dari ayahnya, Abdullah Aidit, seorang pemimpin gerakan pemuda di Belitung melawan kekuasaan kolonial.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Belitung, Aidit kemudian pindah ke Jakarta pada tahun 1940. Ketika beranjak dewasa, Ahmad Aidit kemudian mengganti namanya menjadi Deepa Nusantara Aidit.

Dia mulai berkomunikasi dengan komunis

Di Jakarta, Ketua Komite Sentral Partai Komunis China membangun perpustakaan di Sen, pusat kota Jakarta Dia menamai perpustakaan itu Perpustakaan Antara. Di sana, Aidit melanjutkan studinya di sekolah perdagangan.

Ketika dia melanjutkan studinya, dia bertemu dengan komunis. Aidit pertama kali mengenal komunisme ketika ia mempelajari teori politik Marxis dari Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda.

Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi PKI. Di sini Aidit mulai bertemu dengan banyak orang berpengaruh di dunia politik Indonesia saat itu.

Di Jakarta, Aidit bertemu dengan Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Chairul Saleh, dan Adam Malik. Ketertarikannya pada komunisme membawa Aidit menjadi anggota Komunis Internasional.

Ia menjadi presiden CC PKI

Dalam dunia politik nasional saat itu, Aidit memberikan dukungan terhadap Marchenisme Soekarno. Hal ini membuatnya dengan mudah menjadi Sekjen PKI.

Karier D.N. Dukungan pemerintahan Soekarno menjadikan PKI sebagai salah satu partai paling berpengaruh di Indonesia.

PKI di bawah Aidit menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok. PKI mendapat dukungan kuat dari kelompok masyarakat seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Thani Indonesia (OTI), Lekra dan lain-lain.

Pengendali peristiwa G30S/PKI

Saat peristiwa G30S/PKI terjadi, Aidit menjabat sebagai Ketua CC PKI. Dalam peristiwa berdarah tersebut, sekelompok tentara yang dipimpin Letjen Untung menculik Jenderal TNI AD dari rumahnya.

Perwira senior militer ini dituding antusias terhadap Pak Sukarno. Ketujuh perwira senior militer itu tewas di tangan PKI. Namun pemberontakan yang dilakukan PKI berhasil dipadamkan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours