Rizal Hadi dan diplomasi bambu

Estimated read time 4 min read

Semarang (ANTARA) – Perjalanan panjang Rizal Hadi di dunia musik membawanya ke banyak negara dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun. Sesuatu yang tidak terbayangkan oleh pria asal Jawa Barat yang kini tinggal di Bali 11 tahun lalu.

Selain menampilkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan seni, Rizal juga menyampaikan semangatnya dalam menjaga alam kepada dunia melalui musik.

Rizal adalah seorang gitaris. Ia banyak berpikir untuk menciptakan alat musik yang bentuknya seperti gitar, namun bahan bakunya bukan kayu alami. Seperti halnya masyarakat Sunda, ia mengenal banyak alat musik yang terbuat dari bambu. Angklung, seruling, dll.

Akhirnya setelah setahun lebih berlatih, ia berhasil menciptakan rasendria. Ini adalah kombinasi alat musik gesek, tiup dan perkusi. Rasandriya terbuat dari bambu dan biasanya sepanjang gitar. Layaknya gitar biasa, “kepala” rasandria dilengkapi dengan kepala pasak yang bertugas mengatur tegangan senar gitar.

“Badan” rasandria berupa tiga batang bambu yang panjangnya berbeda-beda. Bambu bagian atas dan bawah lebih pendek dibandingkan bambu bagian tengah. Bambu yang berada di tengah menjadi ruang senar gitar yang membentang dari kepala hingga ekor. Diameter bambu per bagian tubuhnya sekitar 10 sentimeter.

Ujung ekor bambu bagian tengah disambungkan dengan bambu sisipan searah dengan bambu bagian atas. Bambu ekstra ini diekspos dan tugasnya menghasilkan suara saat Anda menginginkannya.

Ada juga rasandria yang tidak menggunakan tambahan bambu untuk tiupannya. Ada beberapa hal yang bisa kita manfaatkan, seperti saat mereka menjual kecapi tidurnya untuk membuat buku yang indah.

Dalam sebulan biasanya ia membuat 8-10 bagian rasendriya. 95 persen pesanannya datang dari luar negeri. Hal ini menarik sejumlah warga untuk mempraktikkan rasendria. “Satu buah biasanya membutuhkan waktu seminggu hingga 10 hari karena masih buatan tangan,” kata Rizal Hadi.

Bambu dan Indonesia

Meski namanya populer di kalangan terbatas di Indonesia, Rizal Hadi kerap menggunakan nama Indonesianya saat berada di luar negeri. Bambu dan Indonesia adalah sinonim. Ia tidak menyangka suatu saat nanti ia akan sukses dalam bermusik.

Ia diundang ke Rusia, India, Malaysia, Australia dan banyak negara Eropa. Dia memberi contoh beberapa tahun yang lalu ketika dia tampil di stadion yang penuh sesak di India, karena bersemangat dengan panggung besar.

Atau saat bekerja di Rusia dengan penyanyi terkenal negara itu. “Ini sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya,” ujarnya di sela-sela Rainforest World Music Festival (RWMF) 2024 di Sarawak Cultural Village di Kuching, Sarawak pada Sabtu (29/6) sore.

Karena kegigihannya mengkomunikasikan pentingnya menjaga lingkungan melalui alat musik ramah lingkungan, Rizal juga sempat menjadi pembicara pada Rainforest Youth Summit 2024 di Kuching, rangkaian RWMF 2024. Dia tampil di depan ribuan orang. . peserta dari berbagai negara tentang upaya melindungi alam.

Salah satunya melalui alat musik yang digunakannya, rasendria. Katanya, untuk membuat gitar biasa, dibutuhkan kayu minimal 0,5 meter. Dengan asumsi jutaan gitar dibuat dalam setahun, berarti lebih banyak pohon yang ditebang. “Bagaimana kita bisa menebang kayu yang berumur ratusan tahun untuk membuat gitar agar menyenangkan,” dia setengah bertanya.

Ia memilih bambu karena selain melimpah di Indonesia, bambu juga termasuk dalam kategori rumput, bukan kayu. Bambu juga tumbuh lebih cepat dibandingkan pohon biasa.

Bersama sejumlah musisi, ia memiliki rencana tahunan untuk membicarakan ancaman perubahan dan krisis iklim melalui konser dan perilisan album kompilasi. Untuk menarik minat generasi muda, ia menciptakan grup musik dance baru bernama Rhythm Rebels. Ia menggunakan bambu sebagai instrumennya untuk membuat alat musik yang lebih senada dengan musik Rhythm Rebels.

Hak istimewa

Artikel yang dimuat di dlbrw.com Global Bamboo Market Report 2024 mencatat bahwa pasar bambu global mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan terus tumbuh.

Pasar bambu, yang bernilai US$70,59 miliar (sekitar Rp 1,132 triliun) pada tahun 2023, akan tumbuh menjadi US$75,12 miliar (Rp 1,205 triliun) pada tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 6,4 persen.

Faktor pendorong pertumbuhan ini antara lain peningkatan kesadaran lingkungan, mitigasi perubahan iklim, keterbatasan sumber daya, dan dukungan pemerintah.

Indonesia diberkati dengan kekayaan bambu. Menurut Pusat Koordinasi Perekonomian, 176 dari 1.620 spesies bambu dunia atau 10 persen tumbuh di Indonesia, dan dari jumlah tersebut, 105 spesies bambu bersifat endemik, artinya hanya dapat ditemukan. Di Indonesia. .

Rizal Hadi tak memungkiri, dirinya mempunyai mimpi Rasendria akan terus mendunia dan semakin banyak penggunanya. Pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, pria berusia 36 tahun itu langsung menjelaskan bahwa ia bermimpi nyata, meski ia hanya seorang seniman, bukan seorang pengusaha. Kecil kemungkinannya suatu hari nanti dia akan belajar berbisnis.

Ia berpesan kepada masyarakat Indonesia bahwa sepuasnya mereka bisa membeli jam tangan, namun mereka tidak bisa mengulur waktu. Baginya, generasi muda harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.

Ia berharap dari apa yang telah kita lakukan selama ini, ia dapat berperan kecil dalam membantu membuat bumi kembali indah. Beliau pun memutuskan untuk tidak menjadi terkenal, melainkan terus berjuang demi anak cucu kita yang akan mewarisi bumi ini.

Tentu saja, Anda tidak bisa berjuang sendirian. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang peduli maka mereka akan semakin berjuang demi bumi yang lebih baik, salah satunya musik. Musik menjadi media yang menyatukan segala perbedaan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours