Rupiah Ambruk ke Rp16.374/USD, Ekonom: Perlu Penguatan Sisi Pemerintah Selain BI

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Pemerintah diminta memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah selain yang telah dilakukan bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI). FYI, rupiah terdepresiasi ke Rp 16.374 per USD menurut data BI JISDOR.

Sedangkan menurut Bloomberg real-time, nilai tukar rupiah berada pada Rp 16.365/USD per hari ini, Rabu (19/6/2024). Sepanjang hari ini, rupee tertekan 0,29%.

Ekonom Senior dan Associate Professor LPPI, Ryan Kirianto mengatakan, penanganan stabilitas nilai tukar rupiah tidak hanya bergantung pada Bank Indonesia, tapi juga pemerintah.

“BI, seperti yang kita lihat, memang melakukan strategi yang berbeda, upaya yang berbeda dari biasanya ke normal. Tapi saya ulangi, itu belum cukup, jadi perlu penguatan dari sisi pemerintah,” kata Ryan dari Pasar BEI. Ulasan, Rabu (19/6/2024).

Seperti kita ketahui, inisiatif khas BI misalnya mengenai hasil keuangan atau disebut penetrasi pasar, kemudian menciptakan strategi yang tidak konvensional, yaitu dengan menyediakan alat keamanan yang dapat memberikan prospek positif terhadap stabilitas rupee.

“Contohnya Sertifikat Bank Indonesia rupiah, sekarang ada Sertifikat Mata Uang Bank Indonesia, ada lagi yang Sukuk Valas, bahkan BI juga menggunakan instrumen lain seperti DNDF dan sebagainya,” kata Ryan.

Sementara itu, pemerintah kita sedang mengkaji dan memanfaatkan kemungkinan penerimaan devisa ekspor atau penjualan devisa negara (DHE) karena instrumen hukumnya sudah ada dalam peraturan Menteri Keuangan.

“Alat ini perlu dikembangkan lagi dan bagaimana cara meningkatkan pengusaha kita dalam melakukan TKDN bagian-bagiannya, sebagian bagian dalam negeri, sehingga bisa menggantikan barang impor, bahan baku impor dengan barang substitusi impor,” jelasnya.

“Dan masih banyak sektor lain, seperti BUMN, maksud saya, dunia usaha lain, pemerintah juga mulai menggunakan sumber daya internal, serta meninjau kembali pinjaman valasnya, kapan harus dilakukan dan bagaimana strategi untuk mengakhiri komitmennya. ,” tambah Ryan.

Menurut Ryan, semua itu harus diperhitungkan dalam area yang lebih luas, sehingga ketika mendekati tingkat pertumbuhan ULN, kita menyediakan mata uang yang cukup, agar kita tidak lalai, kita bukan dealer dan memberikan kualitas atau izin yang baik. .

“Semua ini harus berjalan dan bekerja sama antara bank sentral dan pemerintah. Dan jika hal tersebut dikoreksi oleh pasar, saya kira pasar akan memberikan feedback atau respon yang tepat karena dapat menghilangkan miskonsepsi yang terjadi saat ini,” kata Ryan.

Sentimen-sentimen ini sepenuhnya berada di luar kendali bank sentral atau pemerintah. Padahal, dengan negosiasi yang baik dengan poin-poin bagus tersebut, neraca masih bagus, maka dana valas masih bisa menutupi kebutuhan impor hingga 6,1% dan menutupi utang luar negeri.

“Sekarang, penanaman modal asing, dalam negeri yang melebihi target, dan lain-lain, menurut Ryan, harus terus dikomunikasikan agar pasar nyaman atau yakin, setidaknya sampai saat ini, ada kemajuan. Perekonomian kita masih berada pada jalurnya,” ujarnya. dikatakan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours